Kamis 08 Sep 2022 05:35 WIB

Kisah Bandeng Meunasah Asan Aceh Menuju Pasar Global

BSI memainkan peran penghubung dengan standby buyer sehingga harga sesuai pasar.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agus Yulianto
Petambak mengumpulkan ikan bandeng saat panen di kawasan tambak Desa Matang Pineung, Darul Aman, Aceh Timur, Aceh. Ikan bandeng hasil panen tersebut dijual dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per kilogram.
Foto: Syifa Yullinnas/Antara
Petambak mengumpulkan ikan bandeng saat panen di kawasan tambak Desa Matang Pineung, Darul Aman, Aceh Timur, Aceh. Ikan bandeng hasil panen tersebut dijual dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, Di tambak seluas 200 hektare Meunasah Asan, Aceh Timur, puluhan mustahik menggantungkan harapan untuk keluar dari garis kemiskinan. Dana zakat sedikit demi sedikit mengangkat taraf ekonomi mereka melalui ekspansi produksi ikan bandeng, yang selama ini kurang teroptimalkan.

Meunasah Asan terletak di Aceh Timur, enam jam dari Kota Banda Aceh dengan jalan berkelok-kelok perbukitan, disuguhkan pemandangan pesisir pantai hampir sepanjang perjalanan. Para nelayan tambak di sana hanya bisa panen sekali dalam setahun karena berbagai keterbatasan.

Bukannya untung, taraf ekonomi malah terus menurun, tergerus pandemi, inflasi, kelesuan ekonomi. Pendamping Desa Binaan BSI Meunasah Asan, Teuku Mukhlis mengatakan pendapatan para petambak ini, jika dirata-ratakan hanya sekitar Rp 500 ribu per bulannya.

"Hanya sekali panen, pendapatan jika dibagi rata itu Rp 500 ribu saja per bulannya," kata dia saat ditemui di Banda Aceh, Selasa (6/9).

Program Desa Binaan BSI bersama dengan BSI Maslahat menemukan mereka 2021 lalu. Dalam beberapa bulan belakangan, pengembangan kapasitas tambak dan beban operasional ditanggung dana zakat BSI Maslahat dan CSR dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).

Pendampingan dirancang untuk pipeline tiga tahun kedepan. Targetnya, dalam satu tahun tambak bisa tiga kali panen. Dari semula hanya 60 ton per tahun, 180 ton produksi pun kini bukan hal mustahil.

Meunasah Asan bahkan mencetak sejarah ekspor perdananya, 60 ton ke Korea Selatan dan Jepang hanya beberapa bulan setelah pendampingan. Mukhlis mengatakan, potensi daerah sangat berlimpah dan masyarakat hanya perlu uluran tangan yang mengayomi.

"Sebenarnya buyer asing itu kebutuhannya sampai lebih dari 180 ton, tapi kita hanya bisa penuhi sedikit dulu, kedepan tentu kita akan tingkatkan," katanya.

Jejaring nelayan tambak akan diperluas, begitu juga dengan luas tambaknya. Mukhlis mengatakan, pendapatan para petambak kini meningkat, rata-rata bisa mencapai Rp 750 ribu per bulan. Seiring dengan ekspansi, digit saldo rekening mereka pun terus bertambah.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, begitu lah seharusnya ekonomi syariah berperan secara riil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BSI terus mengulang dan menegaskan komitmen tersebut saat menjalankan proses bisnis.

"Pemberdayaan dan pembangunan desa menjadi salah satu fokus BSI mendorong desa-desa binaan naik kelas, baik dari sisi produktivitas maupun sosial ekonomi kemasyarakatan," katanya saat melepas ekspor ikan bandeng di Banda Aceh dalam agenda 'Energi Kebaikan untuk Aceh'.

Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, mudah bagi BSI jadi perpanjangan tangan dan merancang solusi bagi setiap kebutuhan pelaku usaha. BSI memainkan peran sebagai penghubung dengan standby buyer sehingga harga hasil panen dapat sesuai harga pasar.

Secara umum, program CSR BSI difokuskan untuk pembangunan desa yang berkelanjutan. Pola green project diterapkan mencakup green energy, green environment, dan sustainability.

Pada program Desa Binaan di Aceh Timur ini, BSI Bersama BSI Maslahat menerapkan tiga stretegi utama. Pertama, pendampingan dan peningkatan produktivitas cluster perikanan tambak ikan bandeng.

Kedua, pemasangan solar panel di area tambak guna menggerakkan mesin kincir. Langkah ini menjaga keberlanjutan usaha melalui pemanfaatan energi terbarukan sinar matahari menjadi listrik.

Ketiga, BSI memberikan 10 ribu pohon bakau yang akan ditanam di daerah pesisir Desa Meunasah Asan. Fungsinya untuk mengurangi emisi karbon sekaligus pencegahan bencana.

Direktur Eksekutif BSI Maslahat, Sukoriyanto Saputro mengatakan, sesuai dengan tujuan utamanya, dana zakat yang digunakan pada Program Desa Binaan adalah instrumen pemberdayaan. "Agar taraf hidup penerima manfaat meningkat, dari mustahik menjadi muzakki," katanya pada kesempatan yang sama.

Selain Desa Meunasah Asan Aceh Timur, saat ini BSI memiliki sekitar 20 program Desa Binaan yang tersebar di 12 provinsi, 22 kabupaten, dan 24 desa seluruh Indonesia. Penerima manfaatnya lebih dari 1.600 kepala keluarga.

Pengembangan dilakukan dalam berbagai klaster usaha yang dikelola oleh masyarakat sendiri. Mulai dari pertanian, peternakan domba dan kambing, perikanan, peternakan sapi, pertanian, kopi, hingga ekowisata.

Penguatan ekonomi masyarakat merupakan salah satu tujuan dari Sustainability Development Goals (SDGs). BSI mengimplementasikannya dalam kerangka ESG atau environmental, social, dan governance.

Per Juni 2022, Perseroan mencatat penyaluran pembiayaan ESG mencapai Rp 50,05 triliun. Sedangkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang mengusung konsep people, planet, dan profit (3P) dan disalurkan pada green project sektor ekonomi sosial, jumlahnya mencapai Rp 84,1 miliar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement