Selasa 06 Sep 2022 12:12 WIB

Keluarga Duka Jenazah Tionghoa Meminta Maaf ke Warga Gunung Picung

Pihak keluarga mendiang berjanji tidak akan mengulang kembali perbuatannya. 

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Warga keturunan Tionghoa berziarah ke makam keluarga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Mohamad Hamzah/hp.
Warga keturunan Tionghoa berziarah ke makam keluarga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Pamijahan, Kabupaten Bogor telah mengundang pihak keluarga yang meminta warga Desa Gunung Picung, untuk melakukan penghormatan kepada jenazah etnis Tionghoa. Hasilnya, pihak keluarga bersedia untuk meminta maaf kepada warga Desa Gunung Picung.

Camat Pamijahan, Imam Mahmudi, mengatakan, pertemuan tersebut dilakukan pada Senin (5/9) bersama seluruh unsur Muspika.   “Dengan mengundang pihak keluarga dari LH dan LN yang diwakili oleh HS selaku anaknya, telah membahas permasalahan yang terjadi,” kata Imam kepada Republika, Selasa (6/9).

Imam menegaskan, pihak keluarga telah membuat surat pernyataan permohonan maaf dan bersedia untuk divideokan. Adapun isi surat pernyataan tersebut berupa ketersediaan pihak keluarga untuk melakukan permohonan maaf secara tertulis dan melalui video kepada masyarakat luas khususnya di Desa Gunung Picung.

Di samping itu, Imam menyebutkan, pihak keluarga mendiang berjanji tidak akan mengulang kembali perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat umum di wilayah Kecamatan Pamijahan. “Apabila dikemudian hari terulang kembali, pihaknya siap bertanggung jawab sesuai ketentuan hukum yang berlaku,” ujarnya.

Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Bogor, Agus Salim, menilai, sebaiknya Muspika bisa menjembatani dan memberikan pencerahan. Terutama terkait berbagai regulasi atau aturan terkait pemakaman terpisah. 

Agus menuturkan, sebaiknya pemakaman muslim dan non muslim jangan sampai tercampur. Karena, secara aturan baik syar’i maupun umum, pemakaman tidak boleh tercampur.

“Kalau itu di tanah sendiri mungkin masukan pak kades juga cukup bagus, cukup di situ. Sehingga jelas,” ujarnya.

Selain itu, dia pun meminta, kepada masyarakat Muslim untuk menjaga aqidah sebagai umat Muslim. “Mana yang menjadi batasan untuk hubungan sosial sebagai sesama warga Bangsa Indonesia,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, sebuah video viral di media sosial memperlihatkan warga Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, yang mayoritas muslim melakukan penghormatan kepada jenazah etnis Tionghoa. Saat ini, kejadian tersebut telah ditelusuri dan dikoordinasikan oleh pengurus agama setempat dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Pamijahan.

Ketua MUI Kecamatan Pamijahan, Taftazani Mubarok, mengatakan, kejadian itu terjadi pada Rabu (31/8) sekitar pukul 10.00 WIB. Dimana terdapat warga Jakarta etnis Tionghoa yang dimakamkan di Desa Gunung Picung, dengan dihadiri ribuan masyarakat yang datang berbondong-bondong untuk sekadar ingin mengetahui proses pemakaman etnis Tionghoa.

“Setelah selesai penguburan ada salah satu anak almarhum yang meminta warga muslim untuk memberikan penghormatan kepada jenazah ibunya dan berkata ‘bapak dan ibu saya minta tolong untuk bisa memberikan penghormatan kepada ibu saya yang sudah meninggal dengan cara memegang shio ini kemudian mengangguk sampai 3 kali’,” ujarnya.

Taftazani mengatakan, anak dari mendiang tersebut menjelaskan jika mendiang ibunya memiliki latar belakang yang dermawan. Sehingga, tanpa pikir panjang masyarakat langsung mengambil shio tersebut dan melakukan penghormatan sesuai tradisi Tionghoa.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement