Senin 05 Sep 2022 22:45 WIB

BPS: Kenaikan BBM Dapat Picu Inflasi Selama Tiga Bulan

BBM akan menjadi pemicu tertinggi laju inflasi September dan kelompok transportasi.

Petugas mengganti papan harga BBM di Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Birawa mengatakan bahwa kenaikan bahan bakar minyak dapat memicu laju inflasi selama tiga bulan ke depan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas mengganti papan harga BBM di Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Birawa mengatakan bahwa kenaikan bahan bakar minyak dapat memicu laju inflasi selama tiga bulan ke depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Birawa mengatakan bahwa kenaikan bahan bakar minyak dapat memicu laju inflasi selama tiga bulan ke depan. Pemerintah seperti dilaporkan, menaikkan harga BBM subsidi pada Sabtu (3/9/2022).

"Kenaikan BBM tidak serta merta langsung mempengaruhi laju inflasi sejumlah kelompok pengeluaran pada September ini, namun dampaknya ke depan akan multiefek," katanya saat dihubungi di Kabupaten Jember, Senin (5/9/2022).

Baca Juga

Pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM yakni BBM bersubsidi jenis pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter; solar bersubsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter; dan pertamax nonsubsidi dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Harga baru berlaku sejak 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.

"Kemungkinan kenaikan BBM akan menjadi pemicu tertinggi laju inflasi pada September 2022 dan diikuti oleh kelompok transportasi yang terkena dampak secara langsung akibat kenaikan bahan bakar tersebut," tuturnya.

Sedangkan kelompok lainnya seperti kenaikan sejumlah komoditas makanan, sandang dan lainnya akan menyesuaikan harganya karena dampaknya pada biaya produksi atau berdampak tidak secara langsung.

"Kenaikan BBM akan dirasakan dampaknya sampai tiga bulan ke depan yang dapat memberikan andil dalam laju inflasi di Jember, sehingga harus dilakukan pengendalian oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) setempat," katanya.

Candra mengatakan Kabupaten Jember mengalami deflasi sebesar 0,47 persen pada Agustus 2022 dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 112,57 persen dengan salah satu komoditas penyumbang deflasi tertinggi yakni cabai rawit, namun diprediksi bulan September 2022 akan mengalami inflasi.

Sebelumnya Bupati Jember Hendy Siswanto memaparkan 10 solusi pengendalian laju inflasi untuk mencegah kepanikan masyarakat terhadap sejumlah komoditas yang diprediksi naik karena kenaikan BBM dan masalah ekonomi global. Solusi yang dipaparkan yakni komunikasi publik agar masyarakat tidak panik, mengaktifan TPID, mengaktifkan Satgas Pangan, BBM subsidi tepat sasaran, gerakan hemat energi, gerakan tanam pangan cepat panen.

Kemudian kerja sama antar daerah, intensifikasi jaring pengaman sosial, informasi laju inflasi secara berkala, dan kunci utama isu pengendalian inflasi menjadikan prioritas dengan sinergi semua pemangku kepentingan.

"Untuk tetap menjaga angka inflasi tidak membengkak yakni terus meningkatkan pendapatan masyarakat agar daya beli tetap kuat, selain itu ada beberapa langkah penghematan," katanya.

Baca juga : Wabup Siak Minta ASN Hemat Anggaran Pascakenaikan BBM

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement