Senin 05 Sep 2022 15:05 WIB

Varian Baru Cacar Monyet, Epidemiolog: Surveilans Harus Ditingkatkan

Varian baru cacar monyet ditemukan di Inggris.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
ilustrasi virus cacar monyet. Pejabat kesehatan Inggris membenarkan bahwa varian baru cacar monyet telah ditemukan di Inggris.
Foto: Pixabay
ilustrasi virus cacar monyet. Pejabat kesehatan Inggris membenarkan bahwa varian baru cacar monyet telah ditemukan di Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejabat kesehatan Inggris membenarkan bahwa varian baru cacar monyet telah ditemukan di Inggris. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), Kamis (1/9/2022), mengatakan bahwa seseorang yang baru saja bepergian ke Afrika Barat terdiagnosis varian yang berbeda dari cacar monyet yang saat ini menyebar di Inggris.

Pasien tersebut, yang identitasnya masih dirahasiakan, kini berada di unit High Consequence Infectious Disease (HCID) di Rumah Sakit Universitas Royal Liverpool. Badan kesehatan Inggris itu mengatakan, tidak ada kasus lain yang ditemukan pada Kamis dan saat ini pelacakan kontak masih dilakukan.

Baca Juga

Ahli Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan, hingga kini belum diketahui apakah varian baru ini berpotensi lebih parah dari virus Monkeypox Clade IIb. Dicky mengimbau agar masyarakat meningkatkan pemeriksaan dan pelacakan (testing and tracing) demi mitigasi penularan.

"Kita belum tahu subspesies baru ini apakah ada perubahan perilaku dan gejala. Pesan pentingnya meskipun tak perlu mengisolasi penerbangan dari negara terdampak, tapi skrining yang dilakukan di pintu masuk negara kepada pelaku perjalanan dari dari negara endemik harus ada kehati-hatian," ujar Dicky kepada Republika.co.id, Senin (5/9/2022).

Menurutnya, potensi mewabahnya penyakit cacar monyet di Indonesia tetap ada. Namun, hal yang paling penting saat ini ialah mencegah virus cacar monyet menyebar ke populasi umum.

"Strategi komunikasi risiko harus ditingkatkan. Jangan sampai menyebar di kelompok rawan, lansia, komorbid anak-anak dan ibu hamil, kalau sudah masuk ke situ, sudah agak susah. Sekaligus kita memantau penularan pada hewan-hewan," tegasnya.

Dicky menilai, upaya untuk mencegah cacar monyet mewabah di Indonesia ialah dengan melakukan respons secara cepat, tepat, dan kuat. Kemudian, isolasi karantina hingga strategi vaksinasi untuk kasus kontak dengan pasien kurang dari dua pekan perlu segera dilakukan.

"Salah satu yang juga penting adalah membangun strategi komunikasi risiko, supaya tidak terjadi stigma, supaya orang-orang yang terkontak atau terpapar mau terbuka karena kuncinya di situ," imbuhnya.

Selain itu, pemerintah harus meningkatkan surveilans bukan hanya di kelompok berisiko, tetapi juga fasilitas kesehatan. Sehingga, bila ada pasien datang dengan keluhan ruam atau muncul lesi di mulut, kelamin, anus disertai pembesaran kelenjar getah bening bisa langsung dilakukan deteksi dini.

"Genomik survailnce itu sangat penting untuk memantau karakter virus tersebut," tegas Dicky.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Monkeypox IDI Hanny Nilasari mengungkapkan cacar monyet memiliki beberapa jenis transmisi atau penularannya. Salah satunya melalui droplet atau percikan air liur. “Jadi memang penting bagi nakes (tenaga kesehatan) terutama sebagai seorang dokter mengetahui bagaimana transmisinya. Transmisi yang pertama bisa melalui droplet dari pasien yang terkonfirmasi, bisa menyebar, dan menginfeksi orang lain,” kata Hanny.

Seseorang juga dapat tertular cacar monyet bila melakukan kontak erat dengan kulit pasien cacar monyet.

Terdapat pula kemungkinan transmisi virus cacar monyet dari baju dan seprai orang yang terkonfirmasi kepada orang lain. Namun tingkat penularannya dikatakan sangat rendah.

“Jadi, dropletnya itu tidak begitu mudah bertransmisi seperti virus-virus yang menyerang organ respiratori bagian atas. Jadi memang dinyatakan di beberapa kepustakaan bahwa harus kontak yang sangat erat dan kemudian sangat intens,” ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement