REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan, puncak musim hujan 2022-2023 di wilayah Indonesia diprakirakan umumnya terjadi pada Desember 2022 dan Januari 2023. Dwikorita dalam konferensi pers via daring di Jakarta, Rabu (31/8/2022) mengatakan, 295 zona musim (ZOM) atau 42,2 persen untuk wilayah yang mengalami puncak musim hujan pada Desember-Januari.
"Kesimpulannya, musim hujan pada 2022-2023 datang lebih awal dibandingkan normalnya, dengan sifat hujan yang mirip atau sama dengan kondisi musim hujan biasanya," ujar Dwikorita.
Dia mengatakan, apabila dibandingkan rerata klimatologi, akumulasi curah hujan musim hujan periode 1991-2020, secara umum kondisi musim hujan di 2022-2023 diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologis nya pada 478 ZOM atau sebagian besar zona musim, atau sebesar 68,38 persen.
Kemudian sejumlah 185 ZOM atau 26,47 persen mengalami kondisi hujan di atas normal, yaitu musim hujan lebih basah, atau lebih tinggi curah hujannya dibandingkan rerata klimatologisnya.
"Jadi ini mohon perhatian untuk wilayah 185 ZOM tersebut dalam peta terlihat, atau 26,47 persen zona musim akan mengalami musim hujan yang lebih basah dan 36 ZOM atau 5,15 persen akan mengalami kondisi hujan di bawah normal, atau musim hujan lebih kering atau lebih rendah dari rerata klimatologisnya," ujar dia.
Dalam menghadapi musim hujan 2022-2023 BMKG mengimbau seluruh mitra kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan berbagai pihak serta masyarakat untuk tetap mewaspadai wilayah-wilayah yang memasuki musim hujan lebih awal atau maju dibanding normalnya.
Dwikorita menjelaskan, wilayah yang musim hujannya maju dibandingkan normalnya sebanyak 46,5 persen dari total 699 ZOM yakni sebagian Pulau Sumatera bagian selatan, sebagian pulau Jawa, sebagian pulau Kalimantan bagian timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, sebagian Nusa Tenggara Timur, sebagian Pulau Sulawesi, Maluku Utara bagian selatan, Maluku bagian barat dan Papua bagian Barat dan selatan.
Di sisi lain dengan musim hujan yang tiba lebih awal, Dwikorita mengimbau agar dapat dimanfaatkan pada sektor pertanian untuk mengawali aktivitas musim tanam yang lebih awal. Dia merekomendasikan perlunya peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini untuk yang mengalami musim hujan lebih basah yaitu 185 ZOM atau 26,5 persen wilayah.
Yang harus diwaspadai yakni sebagian pulau Sumatra, sebagian Pulau Jawa bagian timur sebagian Kalimantan Timur, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, sebagian Pulau Sulawesi bagian utara, sebagian Papua Barat, dan sebagian Papua bagian Selatan.