Rabu 31 Aug 2022 03:02 WIB

Komitmen Jateng Perkuat Ekosistem EBT Bisa Dicontoh Provinsi Lain

Jawa Tengah memiliki banyak potensi EBT yang belum dioptimalkan.

Rep: bowo pribadi/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.dalam forum ini menyampaikan, pengoptimalisasian EBT saat ini mau tidak mau harus dilakukan. Sebab, energi fosil semakin langka dan harganya juga semakin mahal.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.dalam forum ini menyampaikan, pengoptimalisasian EBT saat ini mau tidak mau harus dilakukan. Sebab, energi fosil semakin langka dan harganya juga semakin mahal.

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG—Komitmen Jawa Tengah dalam memperbanyak ekosistem energi baru terbarukan (EBT) dinilai layak dicontoh oleh daerah lain. Langkah ini juga diapresiasi oleh Institute for Essentiol Services Reform (IESR).

Selaku salah satu co-chair Civil20 (C20 Indonesia), IESR pun mengundang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk sharing keberhasilan pengembangan EBT dalam rangkaian acara G20 side event dan Energy Transition Working Group (ETWG) Meeting di Bali, Selasa (30/8).

Baca Juga

Dalam forum ini, Direktur Eksekutif IESR, Febby Tumiwa mengungkapkan, pengembangan dan pemanfaatan EBT di Indonesia tidak bisa dilakukan tanpa ada komitmen kuat pemerintah pusat dan daerah.

“Untuk komitmen ini, telah ditunjukkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dengan terus memperbanyak ekosistem pemanfaatan EBT dalam mendukung transisi energi,” ungkapnya, dalam acara Decentralizing Energy Transition- Adfancing The Role of The Community and Subnational Government, yang dilaksanakan Secara daring dari Bali.

Menurut Febby, komitmen Jawa Tengah dalam pengembangan EBT sangat kuat. Ini terbukti bagaimana Jawa Tengah merencanakan pembangunan energi bagi daerahnya.Bahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Tengah juga berkonsentrasi terhadap pemanfaatan EBT di lingkungan pemerintahan maupun dalam mendukung kebuutuhan energy masyarakat.“Saya kira ini bisa menjadi pelajaran penting bagi daerah lain di Indonesia dan harus mencontoh Jawa Tengah dalam mendukung transisi energy,” jelasnya.

Dalam hal politik anggaran, masih lanjut Febby, Jawa Tengah juga mengalokasikan anggaran dan memonilisasi peran masyarakat untuk mendukung pengembangan EBT, yang oleh daerah lain belum banyak dilakukan.“Harapan kami daerah lain juga mencontoh Jawa Tengah bagaimana pengembangan EBT serta memobilisasi peran masyarakat untuk mewujudkan,” tegasnya.

Febby juga memaparkan, Jawa Tengah sudah melakukan pengembangan dan memperbanyak ekosistem EBT dengan memanfaatkan energi surya. Banyak gedung-gedung pemerintahan yang sudah memasang PLTS Atap untuk mensubstitusi penggunaan energ listrik dari pembangkit batubara, seperti rumah sakit, tempat pelayanan sosial dan lainnya.

Pada tahun 2019, PLTS Atap di Jawa Tengah masih di angka kapasitas 0,15 Mega WWattpeak (MWp). Pada tahun 2021 sudah meningkat jadi 12,1 MWp.

Selain PLTS Atap, Jawa Tengah juga sudah mengembangkan potensi sumber energi gas rawa, gas metan, tenaga air dan lainnya. “Kalau hal yang sama juga bisa diterapkan di daerah lain, tentu akan sangat luar biasa dalam rangka membangun kemandirian energy,” tandas Febby.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam forum ini menyampaikan, pengoptimalisasian EBT saat ini mau tidak mau harus dilakukan. Sebab, energi fosil semakin langka dan harganya juga semakin mahal.

Maka komitmen- komitmen terkait EBT harus segera kita eksekusi. “Kami sadar ini mahal, berat dan tidak mudah. Tetapi kita harus ‘bergerilya’ dengan kekuatan lokal yang ada untuk segera melakukan,” jelasnya.

Ganjar juga menyampaikan, Jawa Tengah memiliki banyak potensi EBT yang belum dioptimalkan. Seperti panas matahari, gas rawa, biogas, geothermal, angin dan air yang tersebar di 35 kabupaten/ kota.

Pemprov Jawa Tengah terus memperkuat ekosistem pemanfaatan EBT ini sesuai dengan kemampuan yang ada. Untuk keberhasilan dalam skala yang lebih luar memang belum, namun Jawa Tengah sudah memulai pelan tapi pasti.

Guna mengakselerasi, Jawa Tengah juga mencoba mencari kekuatan lokal dan partisipasi dari masyarakat untuk bersama- sama berjalan. Meskipun kecil, di beberapa desa sudah berjalan dengan bagus. “Yang paling penting adalah masyarakat bisa mandiri energi,” tegas gubernur.

Sementara itu, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko menambahkan, lebih dari 2.000 desa di Jawa Tengah telah mandiri energ dengan memanfaatkan EBT sesuai potensinya masing- masing.

Pemprov Jawa Tengah akan terus menggenjot pemanfaatan EBT ini agar lebih maksimal. Terlebih dalam kesempatan menghadiri acara di Bali ini, juga dilakukan penandatangan kerjasama antara IERS dengan Pemprov Jawa Tengah dalam memperluas pengembangan EBT.

“Kerjasama ini melibatkan IERS dengan tiga OPD di lingkungan Pemprov Jawa Tengah, yakni Dinas ESDM, Dinas LHK dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Provinsi Jawa Tengah,” lanjut Sujarwanto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement