Selasa 30 Aug 2022 19:41 WIB

Gelombang Laut di Pesisir Selatan Garut Sangat Tinggi

Hingga kini aktivitas pariwisata di pesisir selatan Kabupaten Garut masih berjalan

Rep: bayu adji p/ Red: Hiru Muhammad
BMKG meminta warga untuk waspada terhadap pohon tumbang maupun gelombang air laut tinggi akibat tingginya kecepatan angin.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/tom.
BMKG meminta warga untuk waspada terhadap pohon tumbang maupun gelombang air laut tinggi akibat tingginya kecepatan angin.

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT--Gelombang tinggi laut di pesisir pantai selatan Jawa Barat (Jabar) tak hanya terjadi di Kabupaten Pangandaran. Di Kabupaten Garut, gelombang laut juga telah masuk kategori sangat tinggi.

Kepala Satuan Polisi Air dan Udara (Kasatpolairud) Kepolisian Resor (Polres) Garut, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Adnan Muttaqien, mengatakan, kondisi gelombang di wilayah pesisir Garut saat ini sangat tinggi dengan ketinggian 4-6 meter. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi itu diperkirakan akan terjadi hingga tiga hari ke depan. "Namun sampai sekarang masih kondusif," kata dia, Selasa (30/8/2022).

Baca Juga

Berdasarkan video yang beredar di media sosial, gelombang tinggi di pesisir selatan Kabupaten Garut terjadi di Pantai Sayang Heulang. Di objek wisata itu, air bahkan sampai menyentuh gazebo yang berada di bibir pantai.

Adnan mengatakan, air menyentuh gazebo itu terjadi karena benturan ombak ke tembok. Akibatnya, air naik ke atas. Namun, ia menyebutkan, air tak sampai naik ke gazebo di pantai itu. "Itu terjadi tadi pagi sekitar pukul 09.00 sekarang sudah kondusif," kata dia.

Ia mengimbau wisatawan untuk sementara tidak mendekat wilayah pesisir. Selain itu, nelayan yang biasa beraktivitas di pantai juga diminta tidak beroperasi sementara waktu."Setidaknya sampai tiga hari ke depan akan sangat tinggi," kata dia.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Satria Budi, mengonfirmasi adanya gelombang tinggi yang terjadi di Pantai Sayang Heulang. Namun, menurut dia, gelombang itu tidak berdampak signifikan dan tidak menimbulkan korban jiwa. "Kerusakan ada, karena itu gazebo kan dari kayu. Namun tidak terlalu signifikan," ujar dia.

Menurut dia, hingga saat ini aktivitas pariwisata di pesisir selatan Kabupaten Garut masih tetap berjalan. Namun, ia mengimbau wisatawan untuk selalu berhati-hati. Di hari yang sama juga dilaporkan terjadinya gelombang tinggi di sejumlah pesisir pantai di Kabupaten Pangandaran pada Selasa siang. Akibatnya terjadi banjir rob yang sampai ke warung-warung di pinggir sejumlah pantai di Kabupaten Pangandaran.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran, Kustiman, mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima, banjir rob terjadi di Pantai Batukaras, Pantai Legokjawa, Pantai Batu Hiu, dan Kampung Turis, pada Selasa siang. Namun, berdasarkan laporan sementara, tidak ada kerugian materiel dan korban jiwa akibat kejadian itu. "Hasil pemantauan tim di lapangan, tidak ada laporan kerugian materiel dam jiwa. Hanya kursi-kursi pedagang terkena air. Itu biasa," kata dia saat dikonfirmasi Republika. 

Menurut dia, banjir rob yang terjadi di luar prediksi berada di Pantai Batu Hiu. Di pantai itu, gelombang air sampai menerjang pelataran parkir dan warung warung yang berada di pinggir jalan. Diperkirakan, ketinggian gelombang air di Pantai Batu Hiu mencapai 6 meter. Namun, air yang menerjang daratan tak lebih dari 30 sentimeter.

Kendati demikian, aktivitas pariwisata dan masyarakat di Pantai Batu Hiu masih berjalan normal. Hingga saat ini, belum ada rekomendasi untuk melakukan penutupan objek wisata.

Kustiman mengatakan, banjir rob di sejumlah lokasi itu terjadi di luar prediksi. Menurut dia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memang telah memberikan informasi terkait prediksi gelombang tinggi yang akan terjadi pada 30 Agustus 2022. Namun, BMKG tidak memberikan peringatan dini.

"BMKG sudah memberikan rekomendasi ketinggian gelombang diprediksi mencapai 4-6 meter pada 30 Agustus. Itu agak tinggi dari biasanya, yaitu 2-4 meter. Namun BMKG tidak mengeluarkan peringatan dini," kata dia.

Ia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. Pasalnya, cuaca ekstrem masih diperkirakan masih akan terjadi hingga awal September.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement