REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dua bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, bakal menghadapi realitas yang berat. Sekalipun elektabilitas mereka tinggi, tetap tidak menjamin bisa maju di Pilpres 2024.
Menanggapi pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut modal capres tidak cukup hanya elektabilitas tinggi, peneliti Indikator Politik, Bawono Kumor mengatakan hal yang disampaikan Jokowi tersebut merupakan realitas politik. Ini harus dipahami oleh para bakal calon presiden.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 memang mengharuskan pasangan calon diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik memenuhi ambang batas pencalonan presiden 20 persen kursi DPR RI.
Sehingga, lanjut dia, bakal calon presiden dengan tingkat elektabilitas cukup baik seperti Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan tidak menjamin bagi mereka dapat melenggang sebagai capres.
"Hal paling penting saat ini adalah bagaimana dapat memastikan memperoleh tiket bagi pencalonan dukungan dari partai politik untuk tampil dalam pemilihan presiden 2024,” kata Bawono, Sabtu (27/8/2022).
Dijelaskannya, Ganjar Pranowo bukan tokoh kunci pengambil keputusan di PDIP. Adapun Anies Baswedan bukan merupakan kader partai politik manapun. “Sehingga pekerjaan tidak mudah untuk menghimpun dukungan dari partai-partai politik agar dapat memenuhi ambang batas pencalonan presiden,” papar Bawono.
Dalam konteks ini, menurut Bawono, Prabowo Subianto dalam posisi lebih diuntungkan. Prabowo tidak hanya masuk dalam tiga besar bakal capres dengan elektabilitas yang cukup baik, tapi juga memiliki dukungan politik Partai Gerinda. "Koalisi Partai Gerindra dan PKB semakin memuluskan langkah mantan pangkostrad itu memperoleh tiket pencalonan dalam pemilihan presiden 2024,” kata Bawono.