Jumat 26 Aug 2022 01:06 WIB

Mataram akan Datangkan Telur dari Pulau Bali

Pemkot Mataram juga melaksanakan pasar rakyat selama enam hari

Red: Nur Aini
Pedagang memilih telur ayam,Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mendatangkan telur dari Pulau Bali sebagai salah satu bentuk intervensi pemerintah untuk menekan kenaikan harga telur dan inflasi.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Pedagang memilih telur ayam,Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mendatangkan telur dari Pulau Bali sebagai salah satu bentuk intervensi pemerintah untuk menekan kenaikan harga telur dan inflasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mendatangkan telur dari Pulau Bali sebagai salah satu bentuk intervensi pemerintah untuk menekan kenaikan harga telur dan inflasi.

"Kita sudah bicara dengan Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi khusus bekerja sama dengan Bali mendatangkan telur ke Mataram agar harga tidak terlalu tinggi," kata Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Kamis (25/8/2022).

Baca Juga

Pernyataan itu disampaikan menyikapi tingginya harga telur di pasar tradisional yang saat ini mencapai Rp 58 ribu hingga Rp 60 ribu per 30 butir, atau naik sekitar Rp12 ribu per 30 butir dari harga semula.

Wali kota mengatakan, selain bekerja sama dengan BI untuk mendatangkan telur dari Pulau Bali, langkah yang dilakukan pemerintah kota adalah telah melaksanakan pasar rakyat selama enam hari di enam kecamatan se-Kota Mataram.

Kegiatan pasar rakyat yang dilaksanakan melalui Dinas Perdagangan mulai tanggal 15, 16, 22, 23, 24, dan 25 Agustus, juga langkah pemerintah kota menekan inflasi di Kota Mataram, terutama terhadap kebutuhan pokok dan penting.

"Kebutuhan pokok prioritas yang bisa memicu inflasi seperti telur tentu menjadi atensi kita membantu meringankan beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari," ujarnya.

Kepala Bidang Pengendalian Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida mengatakan, harga sembako di pasar rakyat ini jauh di bawah harga pasar, sehingga ibu-ibu antusias berbelanja.

Telur misalnya, untuk di pasar tradisional harganya mencapai Rp57 ribu hingga Rp60 ribu per 30 butir. Sedangkan, di pasar rakyat harganya Rp52.000 per 30 butir.

Begitu juga dengan gula pasir, harga di pasar dan retail modern mencapai Rp14.500 per kilogram, sedangkan di pasar rakyat berkisar Rp12 ribu sampai Rp13 ribu per kilogram.

"Selain itu harga minyak goreng kemasan ada yang Rp12.500 per liter, sedangkan di retail modern bisa mencapai Rp19 ribu sampai Rp20 ribu ke atas per liter," katanya.

Baca juga : Badan Pangan Nasional Siapkan Strategi Sikapi Kenaikan Harga Telur

Menyinggung tentang harga telur yang mengalami kenaikan signifikan hingga Rp60 ribu per 30 butir, Sri mengatakan, hal itu dipicu karena harga pakan ayam berupa jagung yang naik dari Rp3.000 per kilogram menjadi Rp9.000 per kilogram.

Selain itu harga bibit ayam (DOC) juga naik signifikan yakni dari Rp4.000 per ekor menjadi Rp12 ribu per ekor. Sementara permintaan telur terus meningkat, termasuk untuk bantuan program keluarga harapan (PKH).

"Harapan kita, setelah PKH selesai kebutuhan telur kembali stabil agar harga telur juga bisa normal lagi," katanya.

Baca juga : Harga Telur Ayam di Kota Bogor Capai Harga Tertinggi Rp 32.000 per Kilogram

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement