REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun telah berdampak pada berbagai sendi kehidupan masyarakat. Denyut perekonomian seakan terhenti, berganti dengan teror virus yang menyerang tanpa memandang latar belakang korbannya.
Pemerintah mulai di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota bersama jajarannya masing-masing berjibaku mengatasi pandemi maupun dampak yang ditimbulkannya. Hal itu pula yang dilakukan Pemkab Indramayu. Di bawah kepemimpinan Bupati Nina Agustina Da’i Bachtiar, Pemkab Indramayu menjalankan berbagai program unggulan demi terwujudnya Indramayu Bermartabat (Bersih, Relijius, Maju, Adil, Makmur, dan Hebat).
Salah satunya adalah Perempuan Berdikari (Pe-ri), program pemberdayaan ekonomi yang diberikan kepada perempuan purna pekerja migran Indonesia (PMI). Program itu diberikan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan, pendampingan, dan fasilitasi akses permodalan melalui perbankan. Akses permodalan disalurkan dari Bank Jabar dan Banten (bjb) Cabang Indramayu dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Karya Remaja Indramayu.
Nina mengakui Kabupaten Indramayu merupakan daerah kantong PMI di Provinsi Jawa Barat bahkan nasional. Dalam kondisi normal sebelum terjadinya pandemi Covid-19, atau sejak 2016 sampai 2019, rata-rata jumlah penempatan PMI asal Indramayu di kisaran 21 ribu orang per tahun. Dari jumlah itu, hampir 90 persennya merupakan perempuan.
Pada 2020 dan 2021, saat terjadi pandemi Covid-19 dan penutupan di sejumlah negara penempatan, jumlah PMI asal Indramayu turun menjadi 5.287 orang dan 3.618 orang. Tingginya jumlah PMI otomatis menambah jumlah purna PMI setiap tahunnya. Karenanya, kondisi itu harus diimbangi dengan upaya pelatihan kewirausahaan.
"Pemkab Indramayu berharap tidak selamanya perempuan Indramayu harus bekerja di luar negeri. Ketika sudah memperoleh penghasilan yang cukup, kiranya agar dikelola secara mandiri di negeri sendiri," tukas Nina.
Program Pe-ri tertuang dalam RPJMD 2021-2026. Dengan satu paket pelatihan 20 orang peserta per desa, diharapkan empat tahun ke depan akan tercipta 6.340 wirausahawan baru dari perempuan purna PMI yang tersebar di 317 desa di 31 kecamatan di Kabupaten Indramayu.
Pada 2021, pelatihan kewirausahaan telah dilaksanakan di 12 desa. Sedangkan pada 2022, Pe-ri menyasar 32 desa. Selain tata boga dan tata rias, pelatihan disesuaikan dengan potensi di wilayah setempat.
Pemkab Indramayu juga menjalankan program Kredit Usaha Kecil (Kruwcil). Program ini memberikan kredit kepada warung kecil dan UMKM melalui kerja sama dengan Bank Perkreditan Rakyat Daerah dan Bank BJB mulai dari Rp 500 ribu sampai dengan Rp 5 juta.
Selain itu, ada program unggulan Lebu Digital (Le-Dig) untuk mewujudkan Smart Village atau 'Desa Cerdas' dengan melakukan pemasangan WiFi di setiap balai desa. Salah satunya sudah diterapkan di Desa Cangkingan, Kecamatan Kedokanbunder.
Bahkan, Kepala Desa Cangkingan, Didi Wahyudi, menjadi satu-satunya kepala desa di Indonesia, yang diberi kesempatan untuk menjadi narasumber dalam forum Think20 (T20) untuk menuju Group of Twenty (G20), di Bandung, Rabu (27/7/2022) lalu. Dalam kesempatan itu, dia memaparkan pemanfaatan desa digital secara ekonomi.
Program Le-Dig itu terintegrasi dengan program unggulan lain Indramayu Cepat Tanggap (I-Ceta). I-Ceta menawarkan solusi pertolongan pertama permasalahan kemanusiaan dan kedaruratan. Dalam program itu, warga dapat melapor melalui nomor telepon langsung (Hotline), WhatsApp, Facebook, Instagram, atau Twitter.
Program itu pun berkaitan erat dengan program unggulan Dokter Masuk Rumah (Dokmaru), program layanan kesehatan yang menghadirkan bentuk pelayanan langsung ke rumah warga. Dalam program tersebut, dokter di puskemas datang ke rumah warga yang membutuhkan pertolongan kesehatan.
Dalam program Dokmaru periode Maret 2021 - Juli 2022, tercatat jumlah kasus yang ditindaklanjuti oleh Dokmaru Puskesmas ada 2.632 kasus, terdiri dari 630 kasus emergency dan 2002 kasus non emergency. Sedangkan jumlah kasus yang dirujuk ada 411 kasus.
Nina menegaskan Dokmaru merupakan ikhtiar Pemkab Indramayu dalam meningkatkan IPM sektor kesehatan. "Dengan kondisi masyarakat sehat, maka dapat menekan beban biaya hidup, yang seharusnya untuk berobat ke dokter. Dengan menghadirkan dokter, biaya itu dapat dialihkan untuk keperluan beban hidup lainnya," tukas Nina.
Nina juga menerapkan program unggulan Kejar Paket (Ja-ket), yakni program pendidikan non-formal yang meliputi kelompok belajar (Kejar) paket A, B, dan C. Ribuan masyarakat Indramayu telah mengikuti program Ja-ket secara gratis serta mendapat ijazah setara dengan sekolah formal yang diakui oleh negara.
Nina pun membuka pintu lebar bagi investor untuk menjalankan usaha di Kabupaten Indramayu. "Kita berikan red carpet," tukas Nina.
Dia berharap segala upaya dan kerja keras yang dilakukannya bersama seluruh jajaran yang dipimpinnya bisa membuat masyarakat Indramayu pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat dari pandemi Covid-19. Dengan demikian, bisa mewujudkan Indramayu Bermartabat yakni bersih, relijius, maju, adil, makmur, dan hebat.