REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengapresiasi capaian swasembada beras Indonesia selama tiga tahun berturut-turut. Menurutnya, ini menjadi kado istimewa pada Hari Ulang Tahun ke-77 tahun Republik Indonesia.
"Saya menyampaikan ucapan selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas pencapaian Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan beras di masa pandemi Covid-19 tanpa impor. Indonesia dipandang sebagai negara yang mampu berswasembada sekaligus memiliki resiliensi ketangguhan menghadapi Covid-19. Penghargaan ini menjadi hadiah hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77," kata Arif dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Arif menyebut bahwa capaian ini merupakan akumulasi dan kerja keras semua pihak, termasuk upaya jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengimplementasikan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan produksi selama pandemi.
"Di antaranya pengembangan varietas unggul, intensifikasi dan ekstensifikasi, pemupukan yang lebih baik dan bijak, membangun bendungan, memperbaiki saluran irigasi, memanfaatkan sistem mekanisasi, pemberian kredit usaha rakyat dan pendampingan penguatan kelembaban petani," katanya.
Menurut Arif, semua program tersebut telah meningkatkan produktivitas padi nasional sehingga produktivitas Indonesia berada di urutan kedua tertinggi di Asia Tenggara dan menyebabkan ketersediaan beras Indonesia relatif aman serta mencukupi.
"Bahkan data survei stok beras yang dilakukan BPS berada di kisaran 9,7 juta ton hingga 10,2 juta ton pada periode April hingga Juni 2022. Kita berterimakasih kepada para petani yang telah bekerja keras untuk mencapai swasembada ini," katanya.
Meski demikian, kata Arif, Indonesia masih dihadapkan pada banyaknya jumlah penduduk dan tingginya konsumsi beras perkapita selama lima tahun terakhir. Dia menjelaskan bahwa Indonesia perlu bekerja lebih keras untuk mengoptimalkan semua lahan intensifikasi, ekstensifikasi, maupun program diversifikasi pangan berbasis bahan pangan lokal.
"Kita harus produktifkan lagi pertanian di lahan marginal seperti lahan rawa, lahan eks tambang, lahan pasang surut, dan lahan dengan salinitas tinggi. Semua perlu dicarikan terobosan teknologi yang lebih feasible,"katanya.
Arif juga mengatakan perlunya menekan laju konversi lahan sawah produktif sebagai bagian dari upaya peningkatan ketersediaan pangan nasional. Kemudian diperlukan juga upaya penurunan food loss and food waste untuk mencapai pertanian yang presisi.
"Kita perlu menekan food lose yang saat ini mencapai kurang lebih 9 sampai 11 persen. Kita juga harus bisa mengubah perilaku konsumen untuk bisa menekan food waste yang saat ini kontribusinya hingga sampai 9 persen," kata Arif.