REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman memandang penggunaan vaksin cacar (smallpox) untuk mencegah penularan cacar monyet atau monkeypox masih harus dikaji ulang.
Meskipun belum ada data skala besar tentang perlindungan vaksin cacar terhadap infeksi Monkeypox, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa vaksin cacar sangat efektif, bahkan perlindungan vaksin 85 persen berasal dari studi lapangan pada 1980-an dan 1990-an di Kongo.
"Walaupun data sebelum memperlihatkan ada efektivitas small pox di atas 80 persen ya. Namun, data terakhir, dari 30 orang yang diteliti sudah mendapatkan vaksin smallpox dan saat ini terinfeksi monkeypox. Artinya klaim efektif perlu dikaji ulang, harus jadi kewaspadaan," ujar Dicky kepada Republika, Selasa (9/8/2022).
Dicky menekankan untuk mencegah penularan monkeypox tidak bisa hanya mengandalkan pemberian vaksin. Upaya lainnya pun tetap harus dilakukan seperti memberlakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Pesan penting memang dari riset terakhir tidak bsa mengandalkan vaksin, itu bukan solusi tunggal. Penting sekali budayakan PHBS termasuk sehat dalam perilaku seksual," tegas Dicky.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan hingga saat ini belum ada masyarakat Indonesia yang terjangkit virus monkeypox. Namun, Budi menyatakan untuk mengantisipasi adanya virus yang berasal dari Afrika Selatan ini, pemerintah sedang mencari vaksin sebagai cara menangkal terjangkitnya virus ini.
Sebenarnya, lanjut Budi, sudah ada sebanyak 11 orang suspek diduga cacar monyet. Ciri-cirinya terdapat bintik-bintik merah di tubuh orang tersebut. Namun, dari 11 suspek tersebut setelah dites ternyata bukan cacar monyet.
"Sehingga, istilah kita tidak monkeypox, gejala-gejala yang sudah ada di tangan begitu di swab negatif. Kita ambil lesinya atau boroky ke Jakarta untuk diperiksa dan itu negatif. Kita belum menemukan Monkeypox di Indonesia," ujar dia.
Budi menerangkan, seseorang baru bisa menularkan cacar monyet apabila sudah bergejala. Untuk mendeteksi itu, saat ini sudah ada sebanyak 1.100 lab di Indonesia dengan 1.500 reagen yang sudah disebar. Pemerintah juga sedang mencari vaksin dari cacar monyet ini meskipun masih sangat jarang.
"Berita bagusnya untuk orang yang sudah divaksin cacar berbeda dengan Covid. Vaksin cacar berlaku seumur hidup, ini masih memberikan perlindungan terhadap monkeypox. Jadi untuk masyarakat Indonesia di bawah 1980 harusnya masih memiliki anti bodi terhadap virus ini," ungkap Budi.
Adapun pemerintah juga sedang mendatangkan obat-obatan antivirus untuk cacar monyet ini. Ditargetkan obat antivirus itu bisa masuk ke Indonesia dalam waktu sepekan ini.
"Insya allah minggu depan siap, jadi kita sudah siap," ujar Menkes Budi.
Baca juga : Kemenkes Bagi Kasus Cacar Monyet dalam Lima Kelompok