REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) wilayah NTT menyatakan adanya peningkatan kinerja perekonomian NTT pada kuartal II 2022 yang tumbuh sebesar 3,01 persen year on year (yoy) seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat.
"Pada kuartal I tahun 2022 kinerja perekonomian NTT tumbuh sebesar 1,86 persen (yoy)," kata Kepala Perwakilan BI wilayah NTT I Nyoman Ariawan Atmaja di Kupang, Selasa (9/8/2022).
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi NTT tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 5,44 persen (yoy) pada kuartal II 2022. Nyoman memperkirakan pertumbuhan ekonomi NTT akan terus berlanjut mencapai 3,29-4,09 persen (ctc) sejalan dengan pengendalian pandemi Covid-19 dan pelonggaran kebijakan pembatasan yang mengakselerasi aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat.
Di samping itu, juga program pemerintah seperti food estate, ekosistem TJPS pola kemitraan, pembangunan infrastruktur dan pinjaman PT. SMI dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
"Beberapa faktor pendorong yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti dari sektor pertanian, kemudian konstruksi, kegiatan side event G20 di Labuan Bajo, serta kebijakan pemerintah dan BI," tambah dia.
Selain itu, BI NTT mencatat porsi kredit konsumsi di provinsi berbasis kepulauan itu berada pada kisaran angka 56 persen dan lebih tinggi dari kredit investasi dan modal kerja. "Kita mencatat selama Juni 2022 penyaluran kredit di NTT tumbuh mencapai 12,32 persen secara yoy atau menjadi Rp 40,62 trilliun. Lalu aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) masing-masing tumbuh sebesar 8,98 persen dan 3,67 persen yoy," ujar dia.
Ia tidak mempermasalahkan jika kredit konsumsi lebih besar dari kredit investasi dan modal kerja. Namun, bila penyaluran dalam jumlah yang besar tersebut berlaku untuk investasi dan modal kerja, maka dampaknya akan lebih baik untukmendorongpertumbuhan ekonomi di NTT.
Karena itu, tambahdia, provinsi berbasis kepulauan itu perlu untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas kredit investasidan modal kerja, mengingat saat ini belum signifikan untuk mendukung perekonomian. "Padahal jenis kredit ini dapat berdampak sangat signifikan di samping adanya kredit konsumsi yang menopang ekonomi NTT selama ini," ujar dia.