Senin 08 Aug 2022 14:01 WIB

Laju Kenaikan Suhu di Indonesia Tertinggi 0,47 Derajat Celsius

Perubahan iklim telah berada pada batas kondisi kritis dan dampaknya semakin serius.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
Warga berjalan di samping mobil yang terbawa arus banjir bandang di Desa Bulumanis Kidul, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, Kamis (14/7/22). Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan perubahan iklim akan menjadi tantangan besar bagi Indonesia.
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
Warga berjalan di samping mobil yang terbawa arus banjir bandang di Desa Bulumanis Kidul, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, Kamis (14/7/22). Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan perubahan iklim akan menjadi tantangan besar bagi Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan perubahan iklim akan menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Dwikorita mengatakan, saat ini perubahan iklim telah berada pada batas kondisi kritis dan dampaknya semakin serius.

"Laju kenaikan suhu dalam 42 tahun terakhir telah mencapai rata-rata 0,02 derajat Celsius hingga 0,443 derajat Celsius per dekade di wilayah Indonesia," kata Dwikorita dalam Rakornas BMKG 2022 'Peran Info BMKG dalam Mendukung Ketahanan dan Kedaulana Pangan Nasional secara daring', Senin (8/8/2022).

Baca Juga

Dwikorita mengatakan, kenaikan laju suhu tertinggi mencapai 0,47 derajat Celsius per dekade, terjadi di Kalimantan Timur. Sedangkan, kenaikan suhu udara permukaan Global telah mencapai 1,1 derajat Celsius dibandingkan masa pra industri pada tahun 1850 hingga 1900.

BMKG pun menganalisis dan memproyeksikan kenaikan suhu akan terus terjadi jika tidak dilakukan mitigasi perubahan iklim.

"Kenaikan suhu udara akhir abad ke-21 dapat sampai 3 derajat Celsius atau lebih di seluruh Indonesia apabila kita tidak berhasil melakukan mitigasi perubahan iklim," kata Dwikorita.

Selain itu, Dwikorita mengatakan dampak perubahan iklim menjadi salah satu penyebab terjadi sejumlah bencana di Tanah Air. Ini karena semakin meningkatnya frekuensi intensitas dan durasi cuaca ekstrem.

"Itulah sebabnya kejadian bencana hidrometereologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, badai tropis, puting beliung dan kekeringan juga semakin meningkat frekuensi intensitas durasi dan kejadiannya," ujarnya.

Dwikorita melanjutkan, kondisi ini akan berdampak pada kegiatan pertanian dan perikanan, bahkan mengancam produktivitas hasil panen dan tangkap ikan serta keselamatan para petani dan nelayan.

Dia khawatir ancaman terhadap ketahanan pangan dapat berakibat pula pada terganggunya kedaulatan pangan. Karena itu, melalui Rakornas ini diharapkan dapat tersusun matrik rencana tindak lanjut secara cepat, komprehensif dan sinergis dengan melibatkan multi sektor dan pihak terkait.

"Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement