REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bendera kuning masih terpasang di depan rumah Evan Fadly (10 tahun) yang sederhana di RT 03 RW 01, Desa/Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Senin (1/8). Sejumlah kerabatnya pun masih berkumpul di rumah yang ditempati almarhum Evan bersama nenek, kakak, dan adiknya itu.
Evan meninggal dunia pada Sabtu (30/7). Sebelum meninggal, bocah piatu itu harus merasakan sakit selama dua tahun. Di usianya yang sepuluh tahun, berat badannya pun hanya tinggal 12 kilogram.
Paman Evan, Shodikin (32), menceritakan, Evan sebelumnya dalam kondisi sehat dan normal layaknya anak-anak seusianya. Penderitaannya itu berawal saat keponakannya itu di-sleding (didorong hingga terjatuh) kemudian ditindih oleh tiga orang temannya, layaknya adegan smack down.
Peristiwa itu terjadi saat Evan sedang bermain bersama teman-temannya di sekolah mereka pada bulan puasa 2020 silam. Saat itu, Evan masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar.
Usai kejadian itu, Evan merasakan sakit. Namun, hal itu tidak diceritakannya kepada sang nenek, yang sehari-hari sibuk berjualan sarapan demi menghidupi ketiga cucunya yang telah piatu, yakni Evan, kakak dan adiknya.
Ibu kandung Evan telah meninggal dunia bertahun-tahun yang lalu. Sedangkan ayah kandungnya, telah menikah lagi dan tinggal di tempat lain.
Kondisi yang dialami Evan akhirnya disadari oleh pamannya, Shodikin. "Evan saya lihat jalannya medeng-medeng (miring agak membungkuk), sambil menahan sakit. Saya tanya kenapa, dia tidak mau jawab. Setelah saya paksa, baru dia cerita," kata Shodikin, saat ditemui di rumah nenek Evan, Senin (1/8).
Tulang punggung Evan diketahui bengkok. Dari foto yang sempat diambil oleh kerabatnya, tulang-tulang punggung Evan nampak menonjol keluar. Evan pun susah untuk berjalan hingga akhirnya terpaksa tidak bisa sekolah.
"Anaknya sih ingin berangkat sekolah. Tapi kan susah karena harus digendong-gendong ke sekolah. Akhirnya terpaksa tidak sekolah," tutur Shodikin sambil menangis tersedu-sedu mengingat penderitaan keponakannya.
Shodikin mengatakan, pihak keluarga merasa sangat terpukul dengan kejadian yang dialami Evan. Dia juga menyesalkan para guru di sekolah Evan yang tidak datang menjenguk meski akibat kejadian itu Evan lama tidak berangkat sekolah.
Pihak sekolah baru datang menjenguk setelah Shodikin mendatangi sekolah sambil marah-marah. Dia menyesalkan, tidak adanya perhatian dari para guru terhadap peristiwa yang dialami Evan.
"Itu kejadiannya kan di sekolah. Harusnya anak saat di sekolah itu tanggung jawab guru, kalau di rumah tanggung jawab orang tua. Guru mestinya datang menjenguk kalau anak sakit dan lama tidak berangkat sekolah, kasih support supaya anak semangat," tukas Shodikin.
Kondisi yang dialami Evan Fadly pun mendapat perhatian dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Indramayu, yang datang berkunjung ke rumah duka. Apalagi, kasus yang dialami Evan sebelumnya viral di media sosial, yang menyebutkan bahwa Evan menjadi korban bullying teman-temannya.
"Kami turut berduka cita. Setelah kami cek langsung, Evan Fadly bukan korban bullying, ini murni kecelakaan saat bermain," kata Koordinator LPAI Indramayu, Adi Wijaya.
Adi pun menyayangkan tidak adanya perhatian dari pihak sekolah kepada Evan setelah peristiwa itu. Berdasarkan keterangan yang diperolehnya dari pihak keluarga, guru baru datang menengok setelah paman Evan datang ke sekolah sambil marah-marah.
Adi berharap, para guru di sekolah lebih memperhatikan anak-anak didik mereka selama di sekolah. Apalagi dengan adanya gadget dan media sosial, anak-anak mudah meniru apa yang mereka lihat, termasuk adegan smack down.
Terpisah, Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Caridin, saat dikonfirmasi, mengatakan, sudah menugaskan kabid Pembinaan Sekolah Dasar untuk mengecek ke lapangan. "Anak itu sudah tidak sekolah di sekolah tersebut, sudah keluar," kata Caridin.
Untuk mengantisipasi terulangnya peristiwa serupa, Caridin pun mengimbau, kepada para guru agar lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap siswa.
"Tugas guru tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi pelajaran saja. Tugas guru itu mendidik, memberikan bimbingan, pendampingan kepada siswa," ujar Caridin.
Caridin menambahkan, pihaknya pun memiliki pengawas sekolah dasar. Adapun tugas dari pengawas itu adalah membina sekolah-sekolah untuk meminimalisasi permasalahan di sekolah.