Kamis 28 Jul 2022 13:33 WIB

Indonesia dan AS Bentuk Kemitraan untuk Kurangi Limbah Plastik di Laut

Indonesia-AS jalin kemitraan untuk mengurangi limbah plastik di laut-laut Indonesia

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Warga membawa ikan di pantai yang penuh dengan sampah plastik di Desa Kwanyar Barat, Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu (21/5/2022).  Indonesia-AS jalin kemitraan untuk mengurangi limbah plastik di laut-laut Indonesia. Ilustrasi.
Foto: ANTARA/Patrik Cahyo Lumintu
Warga membawa ikan di pantai yang penuh dengan sampah plastik di Desa Kwanyar Barat, Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu (21/5/2022). Indonesia-AS jalin kemitraan untuk mengurangi limbah plastik di laut-laut Indonesia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah Indonesia bersama Amerika Serikat mengumumkan kemitraan untuk mengurangi limbah plastik di laut-laut Indonesia. Kemitraan itu terangkum melalui program Clean Cities, Blue Ocean (Kota Bersih, Laut Biru).

Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) melalui program tersebut akan memperluas infrastruktur pengumpulan dan daur ulang sampah di Indonesia yang akan menghasilkan plastik daur ulang berkualitas tinggi dan dapat ditelusuri. Demikian menurut Kedutaan Besar AS di Jakarta dalam keterangannya yang diterima pada Kamis (28/7/2022).

Baca Juga

"USAID gembira dapat mendukung kemitraan baru ini yang menggabungkan pembiayaan dari publik dan swasta yang akan membantu memenuhi permintaan plastik daur ulang dan pada saat yang sama juga memperkuat sistem pengelolaan sampah di masyarakat," kata Direktur USAID Indonesia Jeff Cohen.

"Bersama-sama kita akan membantu mengumpulkan dan mencegah sampah plastik yang berbahaya agar tidak hanyut ke laut, tapi mengubahnya menjadi keuntungan finansial dan mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia," ujar Cohen.

Tahap awal kemitraan itu akan berfokus di Kota Semarang, yang merupakan salah satu kota terbesar di Pulau Jawa. Seperti banyak kota besar lainnya, Semarang menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengurangi volume dan mendaur ulang sampah yang terus meningkat. Akan tetapi kota tersebut tidak memiliki sistem daur ulang yang layak secara ekonomi maupun logistik.

Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Scenaider Siahaan mengatakan pembiayaan campuran dari publik dan swasta dalam pengelolaan sampah membawa peluang bagi investasi swasta untuk mendukung ekonomi sirkular. Pembiayaan campuran itu, menurut Scenaider, menutup siklus daur ulang produk yang akan mengurangi kerugian material sehingga meminimalkan kerusakan lingkungan hidup dan mencegah menipisnya sumber daya alam.

"Pemerintah Indonesia melihat pembiayaan campuran sebagai instrumen yang semakin penting untuk memobilisasi pendanaan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan," ujarnya.

Kemitraan antara Indonesia dan AS ini akan memperluas infrastruktur pengumpulan dan daur ulang sampah dan membangun kapasitas pemerintah daerah untuk perencanaan dan pengelolaan sampah. Kemitraan ini juga memobilisasi dan memberdayakan sektor sampah informal yang penting bagi pengelolaan sampah lokal tetapi sering kali kurang termanfaatkan karena sumber daya yang terbatas.

Sebagai contoh, fasilitas baru akan dibuat untuk bisa menampung, memilah, dan memproses sekitar 30 ton material plastik per hari. Aksi ini akan membantu menyediakan pendapatan baru bagi sekitar 100 karyawan dan pengepul sampah lokal. Pada 2025, sebanyak 68 persen dari lebih dari 270 juta penduduk Indonesia diperkirakan akan tinggal di daerah perkotaan, di mana sampah yang bisa dikumpulkan hanya sekitar setengahnya saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement