REPUBLIKA.CO.ID, GARUT – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut terus berupaya menekan angka gizi buruk (stunting). Pasalnya, masih terdapat sekitar 31 ribu balita di Kabupaten Garut yang mengalami stunting.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengatakan angka stunting di daerahnya saat ini sudah berada di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, pihakya akan terus berupaya untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Garut.
“Ini kan angkanya 15,6 persen, sudah di bawah daripada standar WHO. Namun pemerintah pusat menginginkan kita di angka 14 persen pada 2024. Kami mengejar 2023 sudah tercapai mudah-mudahan,” kata dia melalui siaran pers, Selasa (26/7/2022).
Pemkab Garut akan mengoptimalkan kinerja dari tim pendamping keluarga yang saat ini berjumlah hampir 6 ribu orang. Sasarannya bukan hanya keluarga yang memiliki balita stunting saja, melainkan juga keluarga yang berisiko stunting.
Helmi menyebutkan, saat ini ada sekitar 230 ribu balita di Kabupaten Garut. Seluruh sasaran itu harus benar-benar dipantau tumbuh kembangnya.
Dia menyatakan akan turun langsung ke kecamatan-kecamatan untuk mengecek pekerjaan tim pendamping keluarga.
“Mudah-mudahan kalau kita serius yang stunting ini bisa turun menjadi 14 persen. Saya optimis itu pada 2023. Enam bulan dari sini angka aman tuh 14 persen maksimal 14 persen,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Tri Cahyo Nugroho, mengatakan pihaknya memiliki sasaran pengukuran jumlah balita pada 2022 sebanyak 220.042 balita. Angka itu didasarkan kepada data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Adapun jumlah balita yang ditimbang atau hadir di posyandu atau sudah dilakukan sweeping adalah 205.062 atau 92,8 persen. Adapun hasil balita stunting sebagai berikut jumlah balita stunting 31.943 atau 15,6 persen,” kata dia.