REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Masinton Pasaribu mengungkapkan bahwa partainya adalah pihak yang selalu mendekatkan diri kepada masyarakat. Bukan hanya partai politik yang hadir untuk meraup suara publik jelang pemilihan umum (Pemilu).
"Partai ini (PDIP) beda dengan partai lain, karena kalau partai lain kan dibentuk ya urusannya hanya untuk pemilu dan kekuasaan," ujar Masinton di Cafe Sadjoe, Jakarta, Selasa (26/7/2022).
Masinton mengatakan, PDIP menjalankan instruksi ketua umum Megawati Soekarnoputri yang meminta seluruh kader untuk hadir langsung di tengah-tengah masyarakat. Hal inilah yang membuat elektabilitas partainya selalu berada di peringkat atas.
"Artinya kami di kader menghadirkan partai di tengah-tengah masyarakat, bisa berempati dengan masyarakat. Nah maka ketika partai melakukan gerak itu, semangat kesukarelaannya tinggi sebagai bukan relawan, ya, bergerak bukan karena ada ongkosnya, jadi sukarela," ujar Masinton.
Ia menjelaskan, partai politik merupakan salah satu pihak yang memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Karenanya, tugas partai politik tak hanya berupa kerja elektoral untuk mengambil suara publik.
"Tugas partai politik itu bukan hanya sekedar menginginkan suara, tanpa melakukan edukasi kepada publik. Nah partai politik harus mampu membangun gerak dalam dinamika masyarakat yang juga bisa dipahami gitu, artinya ketika masyarakat dalam kondisi apa partai harus hadir," ujar Masinton.
Indopol Survey dan Consulting merilis hasil survei terkait kepercayaan publik terhadap partai politik. Hasilnya, 64,07 persen responden menyatakan masih percaya terhadap partai politik di Indonesia.
Sedangkan 35,93 persen lainnya menyatakan tidak percaya terhadap partai politik. Dari 35,93 persen tersebut, 29,64 persen di antaranya menjawab bahwa partai politik tak menampung aspirasi warga. Lalu, 11,76 persen publik menyatakan bahwa partai politik sudah kehilangan ideologi, norma kejujuran, integritas, dan kehormatan.
"Anggapan rusaknya sistem politik 11,54 persen ikut menjadi penyumbang terbesar terhadap ketidakpercayaan terhadap partai politik," Direktur Eksekutif Indopol Survey dan Consulting, Ratno Sulistiyanto.
Selanjutnya, 6,56 persen publik menyebut bahwa partai politik tidak melakukan pembangunan di daerahnya. Kemudian, 4,98 persen lainnya menyatakan bahwa partai politik tidak memberikan paket bantuan kepada warga.