Senin 25 Jul 2022 08:22 WIB

Lahir dengan Kondisi Lemah, Anak Kerbau Keraton Solo Mati

Induk anak kerbau yang mati masih dikarantina karena PMK

Rep: C02/ Red: Nur Aini
Penampakan kerbau Kiai Slamet Keraton Solo pada Jumat (22/7/2022).
Foto: Muhammad Noor Alfian
Penampakan kerbau Kiai Slamet Keraton Solo pada Jumat (22/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Seekor anak kerbau keturunan kerbau bernama Kyai Slamet mati di Keraton Solo karena lahir dalam kondisi yang lemah dan tidak mau menyusu pada induknya. Kerbau yang baru lahir tersebut mati pada Ahad (24/7/2022) pukul 17.00 WIB.

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbai mengatakan bahwa ada kerbau yang masih dikarantina dikarenakan Penyakit Kuku dan Mulu (PMK). Termasuk induk yang melahirkan anak kerbau yang akhirnya mati tersebut. 

Baca Juga

“Memang si ibu (Kerbau Juminten) sedang kena PMK.Tapi dari kemarin sampai siang tadi si anak tidak mau menyusu mungkin karena si juminten tidak mau makan banyak sehingga susunya tidak keluar,” katanya pada Ahad (24/7/2022) malam.

Kemudian, ia mengatakan bahwa telah memberikan arahan kepada srati (pawang) untuk memanggil dokter untuk dilakukan beberapa upaya. Salah satunya adalah dengan suntik vitamin bahkan ia memutuskan untuk memberikan susu lewat dot.

“Saya sudah datangkan dokter hewan, sudah diperiksa sudah disuntik vitamin. Bahkan karena tidak mau menyusu akhirnya saya putuskan untuk ngedoti, tadi siang masih mau dua jam sekali kita kasih susu lewat dot,” katanya.

Selain itu, Rumbai mengatakan bahwa kirab 1 Suro terancam tidak dapat menggunakan kerbau yang terindikasi PMK. Pasalnya, kerbau yang terkena PMK membutuhkan waktu selama 14 hari untuk pulih.

“Bukan saya yang menyatakan bahwa tidak bisa mengikuti kirab, tapi dinas sendiri. Tentunya kasihan juga kalau kerbaunya belum sehat suruh berjalan jauh, ada juga yang masih pincang,”katanya. 

Sebelumnya, Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KP Dani Nur Adiningrat mengatakan kerbau terserang PMK melalui manusia sebagai pembawa. Pasalnya, penularannya yang cepat padahal jarak antara kandang yang jauh.

"PMK ini cepat sekali penyebarannya. Sementara diperkirakan oleh dokter hewan penularannya lewat manusia, bukan manusia yang tertular tapi jadi carrier ini yang menjawab pertanyaan padahal kandang jauh dari hewan ternak yang lain," kata Dany ketika dihubungi pada Jumat (22/7/2022).

Dani menjelaskan kerbau yang mati adalah betina sekitar umur 20 tahun. Menurutnya dua minggu sebelumnya pihak keraton bersama DKPP Dinas Ketahanan Pangan dan Pertahanan telah melakukan pemeriksaan dan hasilnya negatif.

"Kita sudah antisipasi banyak hal, saya utus sinuwun untuk menanyakan ke Srati sudah koordinasi dengan DKPP Solo, pengecekan terakhir seminggu yang lalu tidak ditemukan PMK. Namun, kemarin kedapatan mati satu karena PMK," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement