Rabu 20 Jul 2022 12:57 WIB

Sosiolog UGM: Citayam Fashion Week Kritik Terhadap Fesyen Kaum Muda Kota

Sosiolog UGM sebut fenomena Citayam Fashion Week sebagai kritik fesyen kaum muda kota

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
Remaja Citayam, Roy bersama pacarnya, Jeje yang terkenal imbas dari fenomena Citayam Fashion Week. Sosiolog UGM sebut fenomena Citayam Fashion Week sebagai kritik fesyen kaum muda kota
Foto: Instagram Roy
Remaja Citayam, Roy bersama pacarnya, Jeje yang terkenal imbas dari fenomena Citayam Fashion Week. Sosiolog UGM sebut fenomena Citayam Fashion Week sebagai kritik fesyen kaum muda kota

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Belakangan muncul komunitas anak muda yang berasal dari Depok, Citayam dan Bojong Gede membanjiri kawasan perkantoran di Jalan Sudirman, Jakarta. Mereka memunculkan fenomena baru, Sudirman sebagai area publik untuk unjuk ekspresi.

Kemunculan ide kegiatan Citayam Fashion Week semakin dikenal luas masyarakat. Sebagai bagian dari kegiatan pagelaran jalanan, kemunculan Citayam Fashion Week mulai diperbincangkan sebagai ekspresi anak muda atau fenomena budaya musiman.

Baca Juga

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Derajat Sulistyo Widhyarto menilai, Citayam Fashion Week bagian pembentukan budaya baru yang dilakukan anak muda, sehingga perlu diapresiasi. Salah satu karakter kaum muda pencipta budaya dan kebudayaan youth culture.

"Fenomena Citayam mempunyai efek budaya dari kebudayaan tersebut," kata Derajat, Rabu (20/7/2022).

Kemunculan mereka yang menggunakan area publik pusat kota sebagai lokasi unjuk ekspresi dan memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru dirasa brilian. Sebab, gaya busana bagian budaya yang bisa diterima seluruh lapisan masyarakat.

"Ruang kota menawarkan tantangan baru yakni kesempatan untuk mendorong pembentukan budaya mengikuti budaya yang bisa diterima adalah fashion," ujar Derajat.

Mereka yang melakukan peragaan busana umumnya dari kota-kota penyangga Jakarta. Bahkan, berasal dari keluarga menengah ke bawah, seakan menunjukkan melawan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan pegiat medsos dan influencer.

Mereka memang kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota. Citayam representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian eksistensi baru mereka mengisi ruang kota dan pembentuk budaya muda kota.

Meski begitu, Derajat melihat, kaum muda ini juga menggunakan media digital demi memperkuat gaung ruang ekspresi budaya baru mereka. Kaum muda di sekitar Jakarta paham betul Jakarta ruang yang bisa mewakili daya tarik dan tingkatkan penonton.

"Maka, mereka dengan sadar menjadikan Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya," kata Derajat.

Namun, salah satu yang disoroti oleh Derajat cara gaya busana yang digunakan komunitas Citayam ini, memilih menggunakan baju pinjaman atau membeli dengan harga murah. Yang mana, berbeda dengan yang dilakukan oleh kaum muda perkotaan.

"Menggunakan baju pinjaman sampai membeli dengan harga murah, ini yang membentuk kritik konsumsi fashion kaum muda kota yang terjebak memakai baju produk industri," ujar Derajat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement