Selasa 19 Jul 2022 11:57 WIB

Terdeteksinya BA.2.75 di Indonesia Jadi Tanda Pandemi Belum Berakhir

Tiga kasus Covid-19 varian BA.2.75 ditemukan di Jakarta dan Bali.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin nyatakan subvarian Covid-19 BA.2.75 sudah masuk ke Tanah Air
Foto:

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kemarin menyampaikan, tingkat transmisi Covid-19 secara nasional berdasarkan standar WHO masih berada di level 1. Namun demikian, beberapa provinsi mengalami kenaikan level, yakni seperti DKI Jakarta yang tingkat transmisinya sudah masuk level 3 dan Banten yang sudah berada di level 2.

“Beberapa provinsi seperti DKI Jakarta sudah ada di level 3 untuk tingkat transmisinya dan Banten sudah ada di level 2. Sedangkan provinsi-provinsi lainnya masih ada di level 1 untuk levelnya WHO,” ujar Menkes Budi.

Namun, jika dibandingkan terhadap angka perawatan di rumah sakit dan juga angka fatalitas masih relatif sangat rendah di bawah standar WHO. Menkes juga mencatat, secara persentase, masyarakat yang meninggal dunia akibat Covid-19 paling tinggi merupakan masyarakat yang belum divaksin atau baru mendapatkan satu kali vaksin.

Sedangkan masyarakat yang sudah mendapatkan dua kali vaksinasi atau bahkan sudah mendapatkan vaksin booster, persentase fatalitasnya jauh lebih menurun. Karena itu, kata Budi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar pelaksanaan vaksinasi booster dipercepat serta menerapkan syarat vaksinasi booster di sejumlah kegiatan masyarakat.

“Bapak Presiden memberikan arahan agar vaksinasi booster itu dipercepat, beberapa kegiatan masyarakat nanti akan kita minta agar diwajibkan vaksinasi booster dengan tujuan untuk melindungi masyarakat untuk terkena, jangan sampai masuk rumah sakit dan jangan sampai wafat,” jelas Menkes Budi.

 

Sebelumnya, menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril, tren kenaikan kasus Covid-19 saat ini telah diprediksi sebelumnya. Kemenkes memprediksi, puncak penularan penyebaran virus corona subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada pekan ini hingga akhir Juli nanti.

"Kan sejak awal sudah diberitahukan kalau di pekan kedua, ketiga hingga keempat Juli ini itu kemungkinan akan terjadi kenaikan dan lonjakan kasus yang diprediksi sekitar 20 ribuan per hari nanti. Jadi puncaknya itu," kata Syahril saat dikonfirmasi, Ahad (17/7/2022).

Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso itu menjelaskan, prediksi puncak kasus ada di angka 20 ribu dihitung dari sepertiga dari luncak kasus varian Omicron yang terjadi pada Januari hingga Februari lalu. Perkiraan angka tersebut juga didasari dengan laporan dari negara-negara lain yang mengatakan sekitar 30 persen adanya lonjakan kasus sejak adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

"Namun, masyarakat tidak perlu panik, karena sudah diingatkan sejak awal kalau kenaikan kasus karena subvarian baru," tutur Syahril.

Syahril melanjutkan, faktor lain yang menyebabkan kenaikan kasus pada pekan ini adalah meningkatnya tracing dan testing yang semakin intensif dilakukan. Berdasarkan data Satgas Covid-19 pada Ahad (17/7/2022), sebanyak 80.354 spesimen diperiksa dan 60.848 orang menjalani PCR.

Pakar epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman menilai, adanya peningkatan kasus saat ini adalah sebuah fenomena klasik. Ia mengatakan, ada beberapa hal yang harus diwaspadai dengan adanya tren kenaikan kasus.

Menurut Dicky, saat ini hampir di semua wilayah Indonesia strategi testing menjadi pasif dan masyarakat mulai terasa testing tidak seaktif dulu. Menurutnya, bila testing dilakukan secara aktif, bukan tidak mungkin ada kenaikan kasus bukan hanya enam kali lipat tapi bisa menjadi 35 kali lipat.

"Sebetulnya akan sangat wajar kalau menemukan kasus infeksinya banyak, bahkan bukan tidak mungkin lebih banyak daripada Delta," kata Dicky kepada Republika, Kamis (14/7/2022).

 

photo
Subvarian Omicron BA.2.75 - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement