REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Pendidikan Kabupaten Garut mendata terdapat ratusan siswa yang terdampak bencana yang terjadi sejak Jumat (15/7/2022). Padahal, tahun ajaran 2022/2023 akan dimulai pada Senin (18/7/2022).
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Ade Manadin, mengatakan, berdasarkan pendataannya, terdapat 300 siswa yang terdampak bencana yang terjadi pada Jumat. Terdampak bencana itu artinya seragam dan peralatan sekolah milik para siswa itu terendam banjir.
"Sekarang saya sedang keliling untuk membagikan seragam, sepatu, dan tas, kepada siswa terdampak," kata dia saat ditemui di Kampung Dayeuh Handap, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Ahad (17/7/2022).
Menurut dia, pihaknya akan memberikan bantuan kepada para siswa yang terdampak tersebut. Namun, bantuan itu kemungkinan tak akan seluruhnya tersalurkan sebelum hari pertama masuk sekolah.
Karena itu, Ade menambahkan, pihaknya telah menginstruksikan kepada seluruh kepala sekolah agar memperbolehkan siswa belajar tanpa seragam untuk sementara waktu, khususnya untuk siswa yang terdampak bencana. "Jadi, siswa terdampak bencana tetap bisa belajar meski tak berseragam," kata dia.
Selain melalukan pendataan siswa terdampak bencana, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut telah mendata sekolah yang terdampak bencana. Ade menyebutkan, terdapat tiga sekolah yang terdampak banjir pada Jumat kemarin.
"Di Kecamatan Banyuresmi ada dua sekolah dan di Cikajang ada satu sekolah. Jadi di tiga sekolah itu, air masuk ke ruang kelas sampai 2 meter," kata dia.
Tiga sekolah itu ada SDN 1 Sukaratu dan SMPN 2 Banyuresmi di Kecamatan Banyuresmi. Sementara di Kecamatan Cikajang adalah SDIT Al Ittihad yang terdampak bencana.
Menurut Ade, pihak sekolah sudah melakukan pembersihan di ruang kelas yang terdampak. Karena itu, sekolah akan tetap digunakan untuk kegiatan belajar mengajar pada Senin.
"Kelas yang masih kotor juga sementara tak digunakan. Kebetulan di sekolah-sekolah itu ada kelas yang kosong, jadi bisa dimanfaatkan," kata dia.
Dia menambahkan, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut juga telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk memfasilitasi siswa berangkat sekolah. Sebab, di beberapa lokasi terdapat jembatan terputus akibat banjir bandang, sehingga siswa harus memutar jauh untuk berangkat ke sekolah.
Ade mencontohkan, di Kampung Dayeuh Handap, terdapat empat siswa yang tinggal di seberang Sungai Cipejeuh. Sementara akses jembatan di wilayah itu terputus akibat banjir bandang.
"Kami sudah koordinasi dengan Polsek Garut Kota untuk bisa menjemput siswa berangkat sekolah. Di tempat lainnya juga sudah dikondisikan," kata dia.