REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mendata, beras menjadi salah satu komoditi makanan yang memengaruhi angka kemiskinan, yakni sebesar 21,9 persen untuk di perkotaan dan 25,45 persen di perdesaan.
Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Mukhamad Mukhanif, mengatakan, persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo pada Maret 2022 sebesar 15,42 persen. "Dalam penghitungan kita, masyarakat miskin yang mengonsumsi beras sebesar itu," ujarnya.
Namun, kata Hanif, sejak 2021 hingga sejauh ini, harga beras cenderung stabil, walaupun kontribusinya pada angka kemiskinan memang tinggi. Setelah beras, komoditi lainnya yang mempengaruhi angka kemiskinan adalah rokok. Sumbangan pengeluaran konsumsi rokok untuk tingkat kemiskinan di perkotaan sebesar 14,07 persen, dan di pedesaan 15,41 persen.
"Rokok kretek dan filter itu penyumbang kedua, tetapi kenaikannya juga tinggi. Rokok kretek filter itu pada bulan September ke Maret kenaikannya cukup drastis," kata Hanif.
Menurutnya, jika orang mengurangi rokok, uang yang digunakan bisa untuk membeli komoditas lain, seperti makanan yang mengandung kalori, bisa menggantikan rokok yang tidak menggandung kalori. Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2022 sebesar 185,44 ribu orang, naik 0,84 ribu orang terhadap bulan September 2021 dan menurun 0,85 ribu orang pada Maret 2021.
Persentase penduduk miskin di perkotaan pada bulan Maret 2022 tercatat sebesar 3,97 persen, menurun 0,09 persen poin dari kondisi bulan September 2021 yang tercatat sebesar 4,06 persen. Sementara persentase penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2022 tercatat sebesar 24,42 persen, naik 0,04 persen poin jika dibandingkan kondisi September 2021 yang tercatat sebesar 24,38 persen.