REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Jawa Timur, kini terus menggencarkan kampanye gerakan makan daging. Kampanye ini menyusul rendahnya tingkat konsumsi daging sapi di kalangan masyarakat sejak wabah penyakit mulut dan kuku melanda wilayah itu.
Menurut Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Peternakan (DKPPP) Pemkab Pamekasan Indah Kurnia Sulistiorini di Pamekasan, Selasa (12/7/2022), sejak wabah PMK menyerang sapi warga, tingkat konsumsi daging sapi di kalangan masyarakat menurun. "Rendahnya konsumsi daging sapi ini, karena timbul pemahaman yang salah di kalangan masyarakat, yaitu penyakit sapi itu bisa menular kepada manusia. Padahal sebenarnya tidak," kata Indah saat memantau pemeriksaan kesehatan hewan di Pasar Keppo, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (12/7/2022).
Hanya saja, sambung dia, proses memasak daging sapi memang harus memenuhi ketentuan. Di antaranya, proses pemasakan minimal selama 30 menit dalam suhu 70 derajat selsius.
Selain itu, pada daging sapi pada bagian-bagian tertentu disarankan untuk tidak dimasak, seperti jeroan, bibir dan kuku sapi. Indah menjelaskan, tim kesehatan hewan perlu menyampaikan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat, agar tidak salah paham. Kasus ini, sambung dia, berdampak dari segi pemenuhan protein hewani dan ekonomi masyarakat.
Kampanye gerakan makan daging sapi ini telah digelar sebelum Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah pada ajang Pasar Tani Gelak di Kecamatan Pakong, Pamekasan. Kala itu, DKPPP menyediakan sebanyak delapan kilogram daging sapi dan dihidangkan kepada pengunjung berupa bakso.
"Saat kegiatan itu, memang banyak yang makan. Tapi jika dalam bentuk daging murni seperti sate dan gule, warga tetap tidak mau," kata dia.
Di Pamekasan warga biasanya mengonsumsi daging dengan cara menyembelih sapi secara patungan saat menyambut Hari Lebaran. Namun, pada Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah, tak satupun warga di Pamekasan yang menyembelih sapi, bahkan daging sapi kurban yang diberikan panitia kepada warga banyak yang tidak dikonsumsi.
Salah satunya seperti yang disampaikan Hamidah, warga Desa Larangan, Pamekasan. Pada Ahad (10/7/2022) ia menerima daging sapi kurban dari panitia kurban yang tidak jauh dari rumahnya.
Namun keluarga Hamidah tidak ada yang mau mengonsumsi daging tersebut, hingga akhirnya diberikan lagi kepada tetangga lainnya. "Tapi tetangga saya juga tidak ada yang mau. Padahal sebelum ada penyakit sapi ini, tetangga saya termasuk keluarga saya biasa mengonsumsi daging sapi," katanya, menuturkan.
Hamidah dan warga di desa ini khawatir, daging sapi yang diterima panitia berpenyakit PMK, sehingga apabila dikonsumsi bisa menular.