Senin 11 Jul 2022 16:43 WIB

Airlangga: Perdagangan Ekonomi Digital Capai Rp 401 Triliun pada 2021

Angka itu seiring meningkatnya preferensi belanja daring dan pembayaran digital.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan opening remarks secara virtual pada Pertemuan Sherpa ke-2, di Labuan Bajo, Ahad (10/7/2022). Menteri Koordinator (Menko) Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan perdagangan ekonomi digital pada 2021 mencapai Rp 401 triliun.
Foto: Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan opening remarks secara virtual pada Pertemuan Sherpa ke-2, di Labuan Bajo, Ahad (10/7/2022). Menteri Koordinator (Menko) Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan perdagangan ekonomi digital pada 2021 mencapai Rp 401 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Koordinator (Menko) Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan perdagangan ekonomi digital pada 2021 mencapai Rp 401 triliun. Angka itu seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi belanja secara daring, serta didukung sistem pembayaran digital.

"Potensi ekonomi dan keuangan digital memiliki prospek cerah untuk dioptimalkan menjadi sumber pertumbuhan yang baru," kata Airlangga dalam acara Pembukaan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia 2022 yang juga merupakan Side Event G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin (11/7/2022).

Baca Juga

Ia mengungkapkan, potensi ekonomi digital pada 2025 diperkirakan mencapai Rp 146 triliun dan di 2030 bisa naik delapan kali menjadi Rp 4.531 triliun. Sementara itu, nilai uang elektronik tercatat meningkat 32,25 pada 2021, begitu pula dengan transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang tumbuh 245 persen, dan nilai transaksi perbankan digital meningkat 20,82 persen secara tahunan.

Selain itu, Indonesia saat ini juga sudah memiliki 2.391 startup atau perusahaan rintisan, dua decacorn, dan delapan unicorn. Menurut Airlangga, Indonesia menjadi tujuan investasi digital terpopuler di Asia Tenggara atau mewakili 40 persen dari digitalisasi di Asia Tenggara yang nilainya Rp 300 triliun dan didukung oleh perbaikan iklim usaha yang kondusif.

"Digitalisasi ekonomi dan keuangan terus terakselerasi dengan perbaikan capaian inklusif keuangan, yang berdasarkan Survei Keuangan Ekonomi Inklusif yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) dan Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI)," ucap dia.

Dalam survei tersebut, kata dia, tercatat kepemilikan akun sebesar 65,4 persen dengan produk dan layanan keuangan 83,6 persen. Oleh karena itu, dirinya optimistis inklusi keuangan Indonesia bisa mencapai target sebesar 90 persen pada 2024, dengan penguatan sinergi, akselerasi, dan implementasi di tingkat nasional dan daerah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement