Jumat 08 Jul 2022 22:28 WIB

Kadis Perkebunan dan Peternakan Kalbar Sebut tidak Ditemukan Petani Jual TBS ke Malaysia

Petani sendiri didorong untuk membangun kelembagaan supaya TBS-nya dibeli.

Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat Muhammad Munsif menyebut di daerah sentra sawit perbatasan Kalbar dengan Malaysia sampai sekarang  belum ada penjualan Tandan Buah Segar (TBS) petani ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Malaysia. “Maksud penjualan adalah truk dengan tonase puluhan ton TBS lewati pos perbatasan menuju Malaysia,” kata dia, Jumat (8/7/2022).

Munsif sudah mengumpulkan informasi dari kepala dinas perkebunan di kabupaten–kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia; Kepala Karantina Pertanian di perbatasan Entikong yang juga membawahi pos karantina pertanian Arut, Badau dan Sintang; juga satgas pengamanan perbatasan yang berjaga-jaga di jalan tikus perbatasan. Semua menyatakan tidak ada penjualan TBS ke Malaysia.

Baca Juga

“Kita harus percaya pada informasi lintas instansi ini, informasinya dipastikan valid. Informasi yang sengaja dibesar-besarkan bahwa petani banyak menjual TBS ke Malaysia dapat dimengerti sebagai upaya supaya mereka lebih diperhatikan ketika harga sedang turun tajam seperti sekarang,” katanya.

Munsif juga sudah melakukan konfirmasi kepasa dua asosiasi petani yaitu ASPEKPIR dan Apkasindo. Ketua ASPEKPIR Kalbar sudah menunjukkan surat dari ASPEKPIR pusat kepada Menteri Perdagangan minta izin dan petunjuk untuk mengekspor TBS ke Malaysia. Hanya sampai sekarang belum ada respon dari Mendag.

Sedang Apkasindo tidak ada dokumen apapun, hanya pernyataan lisan saja bahwa anggota mereka di perbatasan ingin menjual TBS ke Malaysia. “Jadi yang ada hanya baru keinginan saja. Keinginan ini apakah akan terealisasi atau tidak itu soal lain,” katanya.

Adapun yang ada sekarang merupakan hal yang biasa yaitu petani dengan motor membawa 2-3 TBS ke Malaysia. Ini legal sebab perdagangan dengan nilai sampai 600 ringgit atau sekitar Rp. 2 juta diizinkan. Ini tentu tidak termasuk penjualan besar-besaran ke Malaysia.

Harga TBS petani sesuai regulasi Permentan Nomor 1 tahun 2018 yaitu mengacu pada lelang  CPO di KPBN. Harga lelang KPBN tanggal 5 Juli kemarin Rp. 7.750 /kg dan sepi pembeli. Dengan harga sekian maka harga yang pas di petani adalah Rp. 1.500/kg.

Harga penetapan ada klasifikasi umur tanaman dan Munsif memastikan untuk petani yang bermitra di Kalbar harga TBS harus sesuai dengan harga penetapan. Untuk kemitraan jenis lain, kemitraan antara PKS dengan petani bukan hanya dibuktikan dengan surat perjanjian kerjasama kemitraan saja tetapi petani juga sudah menyerahkan TBSnya. Harga penetapan ini fair sekali sebab yang dibayar harga kemarin. “Untuk petani plasma tidak ada tawar menawar PKS wajib membeli dengan harga penetapan,” katanya.

Petani yang dominan di Kalbar saat ini adalah petani swadaya dengan luas sekitar 600.000 Ha sedang plasma 300.000 Ha. Petani swadaya banyak yang tidak bergabung dengan kelembagaan sehingga tidak terjangkau harga penetapan. Pemprov Kalbar menghimbau pada PKS supaya harga untuk petani swadaya yang tidak berlembaga ini tidak boleh lebih rendah dari harga terendah penetapan.

Sedang PKS ditekankan untuk membeli TBS dari kelembagaan petani. Petani sendiri didorong untuk membangun kelembagaan supaya TBS-nya dibeli. Kalau tidak, kata dia, mau bergabung dengan kelembagaan dikhawatirkan harga TBS akan dibeli dengan harga yang rendah. "Hal ini menjadi tugas dinas kabupaten untuk membangun kelembagaan petani," ujar dia.

Sebelumnya, dilansir dari Antara, informasi beredar bahwa baru-baru ini petani menjual TBS ke Malaysia Rp4.500 per kilogram.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement