REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral pertama dan terbesar di Indonesia diproyeksikan akan menjadi episentrum baru dari pergerakan masyarakat di kawasan aglomerasi Jabodetabek. Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubunga (Kemenhub) Zulfikri mengatakan terdapat kebutuhan yang mendesak dan perlu segera dituntaskan melalui pengembangan Stasiun Manggarai.
"Kondisi Stasiun Manggarai sebelum dikembangkan relatif sangat terbatas untuk melayani perjalanan kereta api (KA) dan lonjakan jumlah penumpang yang cukup signifikan setiap tahunnya," kata Zulfikri di Gedung Kemenhub, Kamis (7/7/2022).
Zulfikri menjelaskan, dengan hanya delapan jalur untuk KRL dan dua jalur untuk KA antarkita, Stasiun Manggarai harus menanggung beban sejumlah 726 perjalanan KA setiap harinya. Jumlah perjalanan tersenut dengan total 1,2 juta penumpang sehingga menyebabkan penumpukan dan antrean kereta untuk masuk ke Stasiun Manggarai.
Zulfikri optimis melalui pembangunan Stasiun Manggarai tersebut, permasalahan dalam layanan kereta api komuter di kawasan aglomerasi Jabodetabek perlahan dapat diatasi. Sebab, kata dia, nantinya Stasiun Manggarai akan memiliki 18 jalur aktif untuk melayani KRL, KA jarak jauh, dan KA bandara.
"Stasiun ini juga akan dilengkapi dengan area concourse yang luas untuk mendukung mobilitas penumpang," tutur Zulfikri.
Meskipun begitu, Zulfikri mengakui akan ada ketidaknyamanan yang muncul selama proses pembangunan berlangsung. Terlebih, masih akan ada beberapa tahapan lagi yang perlu dilakukan sebelum akhirnya Stasiun Manggarai dapat selesai dibangun menjadi stasiun sentral.
Setelah switch over (SO) 5, masih akan ada SO 6 yang direncanakan akan dilaksanakan pada Oktober 2023. Hingga akhirnya nanti SO 8 yang direncanakan akan dilaksanakan pada Juli 2025 sebelum Stasiun Manggarai dioperasikan sepenuhnya sebagai stasiun sentral.
"Oleh sebab itu kami berharap rekan-rekan sekalian dapat memahami pembangunan yang sedang berlangsung dan bersabar atas kondisi yang dialami untuk menyambut Stasiun Manggarai yang lebih megah dan nyaman," tutur Zulfikri.
Zulfikri memastikan Ditjen Perkeretaapian Kemenhub akan bersinergi dengan pemerintah daerah dan stakeholder terkait untuk menata lingkungan di sekitar Stasiun Manggarai. Hal tersebut dilakukan untuk menunjang operasional stasiun ini.
"Kami terus berkoordinasi dengan Pemda DKI Jakarta terkait akses dan penataan ruang di sekitar Stasiun Manggarai untuk memaksimalkan fungsi stasiun sebagai kawasan transit oriented development (TOD) di lahan seluas 2,4 hektare ini," ujar Zulfikri.
Dia memastikam integradi antarmoda juga akan menjadi fokus utama pengembangan Stasiun Manggarai. Dengan begitu akan memudahkan mobilitas masyarakat sekaligus meningkatkan ridership yang melalui stasiun tersebut.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo memastikan siap mendukung upaya Ditjen Perkeretaapian Kemenhub dalam mengembangkan Stasiun Manggarai. "Kami akan mengupayakan optimalisasi prasarana termasuk peron pada Stasiun Manggarai untuk menunjang operasional kereta api agar pembangunan dapat berlangsung dengan lancar," ucap Didiek.
Didiek juga menjelaskan bahwa KAI Group siap mendukung dengan menambah KA feeder untuk KRL. Selain itu juga peningkatan serta penambahan kapasitas angkut untuk mengurangi penumpukan penumpang di Stasiun Manggarai.
Didiek juga memastikan bahwa KAI memiliki sarana dan sumber daya manusia yang siap untuk menunjang rencana peningkatan tersebut. "Kami juga akan memaksimalkan operasional Stasiun Matraman yang sudah selesai dibangun oleh rekan-rekan DJKA sebagai alternatif bagi penumpang selain Stasiun Manggarai dan Stasiun Jatinegara," tutur Didiek.