REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut memasang target angka stunting di daerah itu dapat turun mencapai angka 14 persen pada 2023. Sementara saat ini, angka stunting di Kabupaten Garut masih berada di atas angka 15 persen.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengatakan, angka stunting di daerahnya saat ini masih ada sekitar 15,6 persen atau sekitar 32 ribu orang. Namun, ia menilai, angka stunting di Kabupaten Garut saat ini sudah lebih rendah dari rata-rata nasional, yaitu sekitar 24 persen.
Ia menambahkan, angka 15,6 pesen juga hampir mendekati target yang ditetapkan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). "Target menteri pada 2024 itu di bawah 14 persen. Kami kan sudah hampir menyentuh target itu" kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/7/2022).
Leli menyebutkan, pihaknya akan terus melakukan intervensi untuk menekan angka stunting di Kabupaten Garut. Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah dengan pemberian makanan tambahan (PMT).
Selain itu, pihaknya juga akan terus sosialisasi kepada ibu hamil untuk terus menjaga asupannya. Dengan begitu, kelahiran anak dalam kondisi stunting bisa dicegah.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengatakan, Pemkab Garut telah memberikan target angka stunting pada 2023 harus berada di angka 14 persen. Untuk mencapai target itu, Pemkab Garut akan menggerakan semua dinas agar turun langsung ke lapangan, termasuk juga melibatkan masyarakat dalam penanggulangan stunting ini.
"Kami mengerahkan seluruh kemampuan di semua dinas. Semua pemerintahan turun ke lapangan, juga masyarakat, tokoh masyarakat kami juga libatkan," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana, mengatakan, Pemkab Garut sangat berkomitmen dalam penanggulangan stunting. Selama 2022, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah konkret dalam penanggulangan stunting ini, salah satunya yakni melalui gerakan bersama Bulan Pencarian Stunting (BPS).
"Itu terbukti, dari angka 35,2 persen yang dilansir Kemenkes berdasarkan hasil survei, dan nilainya sekarang angkanya sekarang di 15,6 persen by name by address dari sekitar 31 ribuan balita yang stunting, baik baduta maupun balita," kata dia.