REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah hingga kini terus mempertahankan tingkat produksi bawang merah di tingkat petani sebagai salah satu komoditas ekspor di provinsi tersebut.
"Beberapa tahun terakhir bawang merah sudah menembus pasar ekspor. Tahun 2022 kami mendorong petani meningkatkan jumlah produksi" kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng Nelson Metubun.
Ia menuturkan, sasaran ekspor bawang merah umbi kering panen (UKP) asal Sulteng yakni Jepang dengan jumlah pengiriman kurang lebih 9 ton lebih pada 2021 berdasarkan data Balai Karantina Pertanian kelas II Palu.
Ia menjelaskan, dorongan Pemprov Sulteng atas peningkatan produksi melalui intervensi bantuan sarana dan prasarana pendukung, salah satunya yakni benih maupun sarana produksi (Saprodi) pertanian.
"Selain ekspor, bawang merah Sulteng juga menyasar pasar domestik dengan daerah tujuan yakni Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua yang hingga kini masih konsisten dilakukan, termasuk komoditas tomat menyasar daerah tersebut," ungkap Nelson.
Ia mengemukakan, Sulteng memiliki tujuh daerah sentra tanaman hortikultura bawang merah diantaranya Kabupaten Parigi Moutong, Poso, Banggai, Sigi, Morowali, Donggala dan Kota Palu. Khusus Parigi Moutong, memiliki dua varietas lokal yang telah diakui oleh Kementerian Pertanian yakni bawang merah Palasa dan Bawang Merah Tinombo yang banyak digunakan untuk bahan baku bawang goreng.
Komoditas lokal ini diakui sebagai komoditas unggulan berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 480/Kt/LB.240/8/2004 tentang pelepasan varietas palasa sebagai unggulan nasional.
"Kami juga mendorong petani memperbanyak kelompok penangkar benih, supaya akses memperoleh benih lebih mudah tanpa harus mendatangkan dari luar daerah," ucap Nelson.
Sebagaimana strategi operasional peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura, katanya, perluasan maupun optimalisasi areal tanam. Lalu, penggunaan benih unggul bersertifikat, termasuk penggunaan pupuk berimbang antara pupuk kimia dan pupuk organik, penyediaan sarana irigasi serta, penguatan alat dan mesin pertanian (alsintan) serta perbaikan budidaya.
"Strategi lainnya yakni antisipasi dampak perubahan iklim, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) serta pengendalian pascapanen sebagai upaya pengamanan produksi, termasuk penguatan kelembagaan, optimalisasi pelayanan penyuluhan serta pemanfaatan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) pertanian," demikian ungkap Nelson.