REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Puluhan ribu balita di Kabupaten Garut dilaporkan mengalami gizi buruk (stunting). Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut masih terus melakukan pendataan dengan melakukan penimbangan.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengatakan, hingga saat ini, penimbangan balita yang sudah dilakukan oleh Pemkab Garut baru mencapai angka 90 persen dari total keseluruhan balita di daerahnya. Dari total itu, total balita yang sudah ditimbang, sebanyak 16 persen di antaranya merupakan balita stunting.
“Terbanyak itu Garut Kota, kemudian juga Limbangan dan Wanaraja," kata dia, Kamis (30/6/2022).
Menurut dia, salah satu penyebab stunting adalah tingkat kemiskinan. Ia mengaku telah menugaskan dinas terkait untuk melakukan analisis di tiga wilayah dengan kasus stunting terbanyak di Kabupaten Garut. Apalagi, tiga wilayah kecamatan dengan kasus stunting terbanyak itu merupakan wilayah perkotaan.
"Kalau di kampung itu walaupun tidak mampu mereka mungkin masih ada makanan-makanan (yang) disiapkan oleh alam gitu ya. Masih ada ke kebun, ke sawah, kemana gitu,” ujar Helmi.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya masih terus melakukan penimbangan untuk mendata balita yang stunting. Apabila data dari Bulan Penimbangan Stunting (BPS) sudah semuanya terkumpul, pihaknya akan menindaklanjuti hal tersebut dengan melakukan pemberian makanan tambahan bagi balita yang mengalami stunting.
“Ya kalau stunting itu pasti harus diberikan makanan yang banyak protein, seperti telur, kemudian susu dan daging,” ungkapnya.
Helmi mengatakan, pihaknya juga meminta setiap desa menyiapkan anggaran untuk penanganan stunting. Selain dari angaran desa (APBDes), Pemkab Garut melalui APBD juga menganggarkan hal yang sama. Ia juga mengajak masyarakat berpartisipasi dalam penanganan stunting.
Menurut dia, masyarakat harus langsung melakukan penanganan apabila terdapat balita yang stunting. Masyarakat tak perlu menunggu tindakan dari pemerintah.
Sementara itu, Camat Garut Kota, Teten Sundara, mengakui angka stunting di wilayahnya cukup tinggi. Ia menambahkan, pihaknya telah menggalang dana untuk memberikan bantuan kepada keluarga yang memiliki balita stunting.
“Alhamdulillah hari ini sudah terkumpul dari ASN se-kelurahan dan kecamatan sudah terkumpul 8 juta dan dari TP PKK kelurahan se-Kecamatan Garut Kota Rp 1,5 juta," kata dia.
Dalam penanganan stunting, pihaknya akan bekerja sama dengan tiga puskemas di wilayah itu. Pihaknya berkomitmen untuk mengatasi stunting di Kecamatan Garut Kota.
Subkoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Sri Prihatin, menjelaskan untuk BPS tadi, pihaknya sudah melakukan pengukuran dan penimbangan kepada 201.768 balita atau sekitar 90,8 persen dari target sebanyak 220 ribu balita. Dari total balita yang sudah ditimbang, sebanyak 16 persen balita yang mengalami stunting. Artinya sekitar 32 ribu balita di Kabupaten Garut mengalami stunting.
Sri menambahkan, pihaknya akan melakukan intervensi secara khusus, baik dari Dinas Kesehatan dan jajarannya. Ia juga mengajak masyarakat dan sektor swasta untuk berperan dalam mengatasi stunting di Kabupaten Garut.
“Pemberian makanan tambahan untuk balita gizi buruk dan stunting ini di Kecamatan Garut Kota, dengan kita ambil dari yang gizi buruk sekitar 27 bayi balita dari tiga puskesmas dengan sasaran 27 balita. Dari tingkat Kabupaten Garut ini, kita dapatkan untuk hasil balita dengan gizi buruk sekitar 243 balita dengan masih ada beberapa puskesmas yang perlu diverifikasi untuk kasus balita dengan gizi buruk," kata dia.