REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin menyampaikan penjelasan terkait pesawat kepresidenan yang diketahui sempat berputar di perbatasan Turki-Iran sebelum mendarat di Bandara Internasional Munich, Jerman.
Menurut Bey, hal tersebut berkaitan dengan waktu ketibaan di Munich, Jerman. Pesawat yang dinaiki Presiden Joko Widodo yakni Pesawat Garuda Indonesia (GIA-1) diperkirakan tiba lebih cepat dari slot waktu yang disediakan.
Karena itu, agar kedatangan pesawat GIA-1 sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka pilot melakukan holding penerbangan guna menyesuikan waktu ketibaan.
“Agar kedatangan pesawat GIA-1 sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, pilot melakukan holding guna menyesuaikan waktu ketibaan dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penerbangan,” kata Bey saat dikonfirmasi, Senin (27/6/2022).
Bey menyebut, hal itu sudah dikomunikasikan dan disetujui Sekretaris Militer Presiden Marsda TNI M Tonny Harjono yang turut serta dalam penerbangan tersebut.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan rombongan telah tiba di Bandara Internasional Munich, Jerman pada pukul 18.40 waktu setempat, Ahad (26/6/2022) untuk menghadiri KTT G7. Dalam perjalanannya, Presiden menggunakan Pesawat Garuda Indonesia (GIA-1) yang lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada pukul 10.36 WIB, Ahad (26/6/2022).
Namun, sebelum mendarat di Bandara Internasional Munich, pesawat kepresidenan yang ditumpanginya itu diketahui sempat berputar sekali 360 derajat di perbatasan Turki-Iran.
Dalam KTT G7 kali ini, Presiden Jokowi akan mendorong negara-negara G7 untuk bersama-sama mengupayakan perdamaian di Ukraina dan juga secepat-cepatnya mencari solusi dalam menghadapi krisis pangan dan krisis energi yang sedang melanda dunia.
“Memang upaya ini tidak mudah, tapi kita Indonesia akan terus berupaya,” kata Jokowi di Jakarta sebelum keberangkatannya ke Munich pada Ahad (26/6/2022).