Ekspresi Marah
Dengan setting pertemuan yang divideokan itu, wajar kita terkejut menyaksikan Megawati sesudahnya, di hari yang sama, saat berpidato di dalam Rapat Kerja Nasional PDI-P. Mbak Mega seperti banteng terluka mengancam menyeruduk siapa saja yang dinilai mengganggu dan merintanginya.
Dalam potongan pidatonya yang beredar luas, Megawati menyinggung banyak hal. Mulai dari meminta kader tidak mencoba bermanuver hingga masalah kewenangannya menentukan capres PDI-P. Video itu fokus mengambarkan kemurkaannya. Tak jelas siapa yang mengedarkan video yang berpotensi jadi bumerang itu.
"Kalian siapa saja yang berbuat manuver-manuver, keluar! Daripada saya pecati. Tidak ada di dalam PDI Perjuangan yang namanya main dua kaki, main tiga kaki, melakukan manuver," kata Megawati lantang. Dia tidak menyebut nama tapi rasanya semua orang tahu siapa yang dituju.,
"Kalau ada kader yang masih ngomong koalisi, Out!," sambungnya dalam tone sama lantangnya.
Ekpreasi itu kontras dengan kenyamanan yang ditampakkan Mbak Mega ketika menerima Jokowi. Di ruangan itu, ia dikelilingi elit lingkar dalam Teuku Umar, antaranya Pramono Anung, Prananda dan Puan (lagi Selfie), Olly Dondokambey, dan Budi Gunawan (KaBIN).
Baca juga : Tegaskan PDIP tidak akan Berkoalisi dengan PKS, Hasto Ucapkan Selamat
Menyindir wartawan
Saya baru pertama kali melihat Ibu Mega semurka itu di depan publik. Yang sering saya saksikan, sebatas hanya sindiran ke pelbagai pihak. Tidak terkecuali kepada wartawan atau pers.
Dulu, Mega pernah menyindir wartawan seakan bukan orang Indonesia. Yang terbaru, belum sepekan berlalu, ia menyindir kerja wartawan seakan tak mematuhi kode etik jurnalistik. Saat seorang kawan mau menanggapi, saya larang. Alasannya, kita yang salah kalau berdebat dengan pihak yang tidak mengetahui persis prinsip kerja wartawan.
Puluhan tahun lalu, saya pernah ngobrol dengan Sukmawati di Taman Ismail Marzuki. Dari Sukma ada sedikit gambaran mengenai pembawaan asli Megawati yang sebenarnya pendiam.
“Mbak jarang bicara. Makanya kami adik-adiknya sempat rasanin Mbak, khawatir bagaimana nanti kalau memimpin partai,” kata Sukma.
Waktu itu Megawati memang belum menjadi Ketua Umum PDI-P. Belum lama terjun ke dunia politik.