Kamis 23 Jun 2022 13:16 WIB

Belum Pernah Saya Melihat Ibu Mega Semurka Itu...!

Memahami Megawati melalui pidato di Rakernas PDIP

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi Ketua DPP Puan Maharani (kanan) dan Ketua DPP Bidang Ekonomi Kreatif dan Ekonomi Digital Prananda Prabowo (kiri) menyampaikan paparan saat paripurna pertama dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDI Perjuangan di Jakarta, Selasa (21/6/2022). Rakernas II PDI Perjuangan yang berlangsung hingga 23 Juni mendatang tersebut bertemakan Desa Kuat, Indonesia Maju dan Berdaulat dengan sub tema Desa Taman Sari Kemajuan Nusantara.
Foto:

Ekspresi Marah

Dengan setting pertemuan yang divideokan itu, wajar kita terkejut menyaksikan Megawati sesudahnya, di hari yang sama, saat  berpidato  di dalam Rapat Kerja Nasional PDI-P. Mbak Mega seperti banteng terluka mengancam menyeruduk siapa saja yang dinilai mengganggu dan merintanginya. 

Dalam potongan pidatonya yang beredar luas, Megawati menyinggung banyak hal. Mulai dari meminta kader tidak mencoba bermanuver hingga masalah kewenangannya menentukan capres PDI-P. Video itu  fokus mengambarkan kemurkaannya. Tak jelas siapa yang mengedarkan video yang berpotensi jadi bumerang itu. 

"Kalian siapa saja yang berbuat manuver-manuver, keluar! Daripada saya pecati. Tidak ada di dalam PDI Perjuangan yang namanya main dua kaki, main tiga kaki, melakukan manuver," kata  Megawati lantang. Dia tidak menyebut nama tapi rasanya semua orang tahu siapa yang dituju.,

"Kalau ada kader yang masih ngomong koalisi, Out!," sambungnya dalam tone sama lantangnya. 

Ekpreasi itu kontras dengan kenyamanan yang ditampakkan Mbak Mega ketika menerima Jokowi. Di ruangan itu, ia dikelilingi elit  lingkar dalam Teuku Umar, antaranya Pramono Anung, Prananda dan Puan (lagi Selfie), Olly Dondokambey, dan Budi Gunawan (KaBIN).

Baca juga : Tegaskan PDIP tidak akan Berkoalisi dengan PKS, Hasto Ucapkan Selamat

Menyindir wartawan 

Saya baru pertama kali melihat Ibu Mega semurka itu di depan publik. Yang sering saya saksikan, sebatas hanya sindiran ke pelbagai pihak. Tidak  terkecuali kepada wartawan atau pers. 

Dulu, Mega  pernah menyindir wartawan seakan bukan orang Indonesia. Yang terbaru, belum sepekan berlalu, ia menyindir kerja wartawan seakan tak mematuhi kode etik jurnalistik. Saat seorang  kawan mau menanggapi, saya larang. Alasannya, kita yang salah kalau berdebat dengan pihak yang tidak mengetahui persis prinsip kerja wartawan.

Puluhan tahun lalu, saya  pernah ngobrol dengan Sukmawati di Taman Ismail Marzuki. Dari Sukma  ada sedikit gambaran mengenai pembawaan asli Megawati yang sebenarnya pendiam. 

“Mbak jarang bicara. Makanya kami adik-adiknya sempat rasanin Mbak, khawatir bagaimana nanti kalau  memimpin partai,” kata Sukma. 

Waktu itu Megawati memang belum menjadi Ketua Umum PDI-P. Belum lama terjun ke dunia politik. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement