Rabu 22 Jun 2022 10:19 WIB

HUT 495: Pasca Anies, Jakarta Kota Inklusif Harus Dijaga dan Dilanjutkan

Jakarta harus tetap menjadi kota yang inklusif

Sejumlah warga berfoto saat mengunjungi Jembatan Penyeberangan Orang dan Sepeda Pinisi di kawasan Sudirman, Jakarta, Ahad (3/4/2022). Jembatan penyeberangan yang menyajikan pemandangan lanskap gedung-gedung perkotaan tersebut menjadi salah satu destinasi alternatif untuk ngabuburit bagi masyarakat ibukota pada bulan Ramadhan 1443 Hijriah. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga berfoto saat mengunjungi Jembatan Penyeberangan Orang dan Sepeda Pinisi di kawasan Sudirman, Jakarta, Ahad (3/4/2022). Jembatan penyeberangan yang menyajikan pemandangan lanskap gedung-gedung perkotaan tersebut menjadi salah satu destinasi alternatif untuk ngabuburit bagi masyarakat ibukota pada bulan Ramadhan 1443 Hijriah. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senator DPR RI Abdul Kholik menyatakan pasca kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan status Jakarta sebagai kota inklusif harus dipertahankan dan dilanjutkan. Pasalnya, sebagai ibu kota negara Jakarta memang harus terbuka untuk semua tanpa ada diskiriminasi. 

''Kami ucapkan selamat ulang Jakarta yang ke-495. Sebagai senator yang berkantor di ibu kota kami sudah menjadi warga ibu kota saat ini. Beberapa kebijakan Anies selama periode jabatannya telah membuat Jakarta semakin inklusif. Ini tentu saja harus dijaga dan dilanjitkan,'' kata Abdul Kholik di Jakarta, (22/06, 2022).

Menurut Kholik. seracara ilmiah ada empat kriteria dari sebuah kota agar bisa dikategorikan inklusif. Hal ini adalah pertama perlakuan yang setara bagi warga penyandang disabilitas. Kedua, adanya prasarana atau fasilitas publik yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas. Ketiga, tersedianya akses atau kesempatan untuk berkembang bagi semua. Keempat, sikap warga yang inklusif.

''Untuk parameter pertama dan kedua hasil mulai ada. Kini sudah terwujud misalnya diberikannya kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk menjadi bekerja disektor publik. Dalam hal infrastruktur misalnya kini banyak dikurangi jembatan penyeberangan yang menyulitkan bagi penyandang disabilitas. Kalau pun dibangun jembatan penyeberangan kini sudah disediakan lift bagi yang berkebutuhan khusus. Kaum manula kemudian bisa menggunakannya,'' katanya.

Selain itu, lanjut Kholik, kebijakan dari pemerintah DKI yang menghapus operasi yustisi bagi pendatang dari daerah yang dahulu selalu dilakukan setiap lebaran dan tahun baru mencerminkan kini Jakarta menjadi milik semua warga Indonesia.''Bagi kami selaku senator daerah sangat melegakan. Ini karena warga kami yang datang dari daerah tidak lagi merasa ketakutan ditangkap aparat operasi Yustisi karena dianggap bukan warga DKI dan dianggap sebagai masalah. Padahal mereka datang ke ibu kota dengan harapan mengubah nasib untuk kesejahteraan hidup.''

"Kami sangat bersyukur operasi Yustisi di DKI sudah hilang sebab semua warga negara berhak merasih sukses di ibu kota. Ini jelas ciri kota inklusif karena tidak membedak-bedakan asal-usul daerah. Sekali lagi Dirgahayu untuk Jakarta,'' tandasnya.

Ditegaskan, Kholik, dalam tahun-tahun terakhir harus diakui munculnya suasana Jakarta yang semakin kondusif dan harmonis. Ini jelas menjadi modal penting dan imek yang positif bagi dunia internasional. Maka nantinya Jakarta akan dapat menjadi kota yang setara dengan kota dunia lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement