REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur melaporkan para nelayan tangkap ikan cakalang dan tuna yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Tenau sudah sebulan tak melaut akibat cuaca buruk di perairan laut .
"Kondisi cuaca buruk berupa gelombang tinggi dan angin kencang yang kerap terjadi selama sebulan terakhir membuat teman-teman nelayan pole and line terpaksa parkir," kata Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi HNSI Kota Kupang Abdul Wahab Sidin ketika dihubungi di Kupang, Jumat (17/6/2022).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan dampak cuaca di wilayah perairan NTT terhadap aktivitas nelayan yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Tenau Kota Kupang. Wahab Sidin yang juga koordinator nelayan di Pelabuhan Perikanan Tenau menjelaskan kondisi cuaca buruk juga mengakibatkan pasokan umpan dari perahu bagan untuk kapal pole and line melemah.
Di sisi lain, para nelayan setempat juga mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak jenis solar untuk kebutuhan kapal. "Kami tidak paham kenapa solar langka untuk para nelayan. Teman-teman nelayan menduga ada konspirasi dalam penyaluran solar," katanya.
Ia mengatakan selama masa tidak melaut, para nelayan pun dihadapkan pada kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tak ada penghasilan. Kondisi itu membuat nelayan beralih profesi menjadi buruh, tukang bangunan, kondektur angkutan, dan lainnya. "Jadi nelayan kerja serabutan untuk bertahan hidup, sambil menunggu dalam ketidakpastian untuk bisa melaut kembali," katanya.
Wahab Sidin mengatakan kondisi ini dapat berdampak pada naiknya harga ikan di pasaran akibat berkurangnya pasokan. "Kondisi seperti ini memang dialami nelayan setiap tahun karena kendala cuaca atau faktor alamiah tetapi kondisi pasokan solar yang langka perlu menjadi perhatian pemerintah atau pihak terkait lainnya," katanya.