Rabu 15 Jun 2022 07:02 WIB

Satgas Ingatkan Masyarakat Waspadai Ancaman BA.4 dan BA.5

Secara epidemiologi, varian BA.4 sudah diidentifikasi di 61 negara

Rep: dessy suciati saputri/ Red: Hiru Muhammad
 Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat untuk mewaspadai ancaman mutasi virus baru yakni varian BA.4 dan BA.5 yang sudah masuk ke Indonesia. Varian ini pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022 dan sebanyak 8 kasus hingga saat ini telah teridentifikasi.    Mutasi Virus Covid-19
Foto: Republika
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat untuk mewaspadai ancaman mutasi virus baru yakni varian BA.4 dan BA.5 yang sudah masuk ke Indonesia. Varian ini pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022 dan sebanyak 8 kasus hingga saat ini telah teridentifikasi. Mutasi Virus Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat untuk mewaspadai ancaman mutasi virus baru yakni varian BA.4 dan BA.5 yang sudah masuk ke Indonesia. Varian ini pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022 dan sebanyak 8 kasus hingga saat ini telah teridentifikasi.

“Penting juga bagi kita untuk mewaspadai ancaman mutasi virus baru varian BA.4 dan BA.5 yang sudah masuk ke Indonesia,” kata Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, dikutip pada Rabu (15/6).

Baca Juga

Wiku pun kemudian menjelaskan karakteristik dari varian baru ini. Secara epidemiologi, varian BA.4 sudah diidentifikasi di 61 negara melalui 7.524 sequence yang telah dilaporkan melalui GISAID. Sequence paling banyak teridentifikasi di Afrika Selatan, Amerika Serikat, Inggris, Denmark, dan Israel.

Sedangkan varian BA.5 sudah diidentifikasi di 65 negara melalui 10.442 sequence yang telah dilaporkan melalui GISAID. Sequence paling banyak teridentifikasi di Amerika Serikat, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.

Wiku menyebut, kemampuan transmisi dari varian ini memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dengan tidak ada indikasi menyebabkan kesakitan lebih parah dibandingkan varian Omicron lainnya.

Namun, penyebab kenaikan kasus yang tengah terjadi saat ini perlu diperhatikan setidaknya dalam 2-4 minggu ke depan, mengingat diperlukannya waktu untuk melihat faktor penyebab kenaikan kasus. Selain itu, Wiku juga mengatakan perlu untuk mulai dilakukan surveillance molekuler epidemiologi dengan metode yang benar dan sistematis.

“Agar penyebab dari kenaikan kasus dan asal kasus yang beredar di masyarakat dapat terdeteksi dengan baik,” tambah dia.

Meskipun begitu, Wiku mengingatkan masyarakat untuk kembali meningkatkan kewaspadaannya terhadap potensi penularan melalui penerapan disiplin protokol kesehatan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement