REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengatakan, perubahan cuaca menjadi kemarau basah yang terjadi saat ini pemicu kenaikan harga cabai di sejumlah pasar tradisional bahkan hingga menembus angka Rp 100.000 per kilogram.
"Kenaikan cabai ini, tidak hanya terjadi di Mataram melainkan juga di daerah lain karena perubahan cuaca dan tanaman cabai banyak rusak terserang hama," kata Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Hj Triutami di Mataram, Jumat (11/6/2022).
Pernyataan itu disampaikan menyikapi terjadinya lonjakan harga cabai dalam beberapa pekan terakhir bahkan sempat tembus pada angka Rp 110.000 per kilogram pada Rabu (8/6) di Pasar Kebon Roek, namun kini sudah mulai turun secara bertahap menjadi Rp90.000 hingga Rp80.000 per kilogram. Kendati terjadi kenaikan harga cabai, kata Triutami, pasokan cabai ke sejumlah pasar tradisional di Mataram masih aman, karena setiap hari pasokan dari kabupaten lain tetap ada meskipun jumlah menurun.
Data Distan sebelumnya menyebutkan, pasokan cabai yang datang di pasar Induk Mandalika setiap hari mencapai 2-3 ton, tapi kini di bawah 1 ton per hari. "Karenanya kondisi itu mempengaruhi harga cabai menjadi sangat fluktuatif," katanya.
Terkait dengan itu, untuk menyiasati dan antisipasi kenaikan harga cabai, Triutami, mengajak masyarakat agar memanfaatkan pekarangan untuk menanam cabai agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga ketika terjadi kenaikan harga seperti saat ini. Selain itu, tahun ini ada program bantuan pemerintah pusat berupa sarana produksi pertanian bagi para kelompok petani cabai untuk di taman di lahan seluas 20 hektare.
Lahan seluas 20 hektare untuk taman cabai itu, ujarnya, terbagi menjadi dua lokasi yakni 10 hektare di Kecamatan Sandubaya dan 10 hektare di Kecamatan Sekarbela. "Kita juga siapkan ribuan bibit cabai siap tanam di dalam polybag," ujarnya.