REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap hewan ternak di Kabupaten terus bertambah. Namun, Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Kabupaten Bantul menyebut, sulit untuk membatasi hewan ternak yang masuk ke Bantul.
Hal ini dikarenakan kebutuhan daging yang cukup tinggi di Bantul. Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Diperpautkan Kabupaten Bantul, Joko Waluyo mengatakan, pemotongan hewan ternak di Bantul mencapai ratusan tiap harinya.
"Di Bantul pemotongan kambing cukup tinggi, karena untuk kebutuhan kuliner kita mencapai 700 sampai 800 ekor per hari. Untuk sapi bisa 50 sampai 60 ekor yang dipotong," kata Joko kepada Republika.
Berdasarkan data per 6 Juni kemarin, sudah ditemukan setidaknya 35 hewan ternak yang positif terkena PMK di Bantul. Sedangkan, sudah tercatat 328 hewan ternak terindikasi atau suspect PMK.
Hewan ternak yang positif dan suspect tersebut sebagian besarnya berasal dari luar daerah. Pihaknya pun sudah melakukan penanganan dan isolasi terhadap hewan ternak yang positif maupun yang suspect PMK.
Saat ini, hewan ternak dari luar daerah masih masuk ke Bantul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging. Meskipun begitu, ada ketentuan yang harus dipatuhi agar PMK tidak semakin merebak dan lalu lintas hewan ternak sendiri di DIY diawasi oleh Pemda DIY.
"Kita sulit (membatasi hewan ternak masuk ke Bantul), apalagi lalu lintas hewan ternak itu tanggung jawab Provinsi DIY," ujar Joko.
Meskipun sudah ada hewan ternak yang ditemukan positif PMK maupun suspect PMK, Joko menyebut, ketersediaan daging untuk mencukupi kebutuhan masyarakat masih mencukupi.
"Sementara ini masih cukup, untuk kebutuhan kita tidak ada masalah, untuk kuliner juga masih cukup dan tidak ada masalah," tambahnya.
Menjelang Idul Adha 2022, pihaknya juga melakukan antisipasi. Pasalnya, kebutuhan akan daging dan pembelian hewan ternak akan semakin meningkat untuk kurban.
"Kita sudah lakukan berbagai antisipasi. Makanya kami juga memberikan masukan kepada masyarakat, peternak tentang bahaya PMK. Karena sudah 2 tahun pandemi, harapan kami nanti kalau (pembelian hewan ternak turun) ini kan perekonomian bisa lumpuh," jelas Joko.