Sabtu 04 Jun 2022 05:13 WIB

Ekonomi Pulih Seiring Terkendalinya Pandemi, Namun Kini Hadir Ancaman Stagflasi

Penyebab stagflasi yakni tingginya inflasi dan mandeknya pertumbuhan ekonomi.

Seorang petani membajak sawah untuk masa tanam padi kedua di Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Selasa (24/5/2022). Pemerintah Kabupaten Bone Bolango mendorong petani untuk dapat melakukan tiga kali masa tanam padi dalam satu tahun sebagai upaya meningkatkan produktivitas, hasil panen dan perekonomian masyarakat.
Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin
Seorang petani membajak sawah untuk masa tanam padi kedua di Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Selasa (24/5/2022). Pemerintah Kabupaten Bone Bolango mendorong petani untuk dapat melakukan tiga kali masa tanam padi dalam satu tahun sebagai upaya meningkatkan produktivitas, hasil panen dan perekonomian masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Novita Intan, Antara

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal pekan ini mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini sudah melandai. Aktivitas masyarakat pun sudah mulai kembali normal dan ekonomi kembali bergerak.

Baca Juga

“Tentunya semua ini berkat keberhasilan kita semua mengendalikan Covid-19 dengan baik,” kata Jokowi dalam pernyataannya terkait vaksinasi Covid-19 yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (30/5/2022).

Dalam konteks perekonomian, pengamat ekonomi Fithra Faisal menilai tingkat konsumsi masyarakat saat ini mulai pulih. Kondisi itu, seiring dengan membaiknya pengendalian Covid-19.

"Tingkat konsumsi mulai pulih, konsumsi domestik menguat. Dari sisi permintaan cukup konsisten. Ini potensi pemulihan ekonomi domestik," kata Fithra dalam pernyataan di Jakarta, Jumat (3/6/2022).

Fithra mengatakan, roda perekonomian yang mulai bergerak ini terlihat dari aktivitas masyarakat yang cukup tinggi terutama restoran, bioskop dan tempat-tempat hiburan mulai dipenuhi pengunjung. Namun, ia mengakui membaiknya tingkat konsumsi ini berpotensi terganggu dengan kenaikan harga pangan karena pengaruh kondisi global dan faktor musiman.

Kondisi tersebut, lanjut dia, yang menyebabkan sisi produksi sedikit mengalami penurunan dalam situasi sekarang, meski permintaan dari masyarakat tetap kuat. Ia mencontohkan harga telur ayam naik karena petani mengurangi produksi akibat tingginya harga pakan.

Sedangkan, harga cabai naik karena faktor musim yang menyebabkan petani mengalami gagal panen. "Harga pakan naik signifikan. Kenapa naik? Salah satunya kita bisa melihat dari supply chain global, karena pakan dari gandum. India sudah mulai menahan produk ekspor dan itu berdampak juga bagi harga pakan ayam. Gejolak dari Eropa Timur juga membatasi gandum. Ini berimplifikasi pada harga telur," kata Fithra.

Oleh karena itu, ia mengharapkan adanya langkah untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari kenaikan harga pangan tersebut. Yaitu potensi tingginya laju inflasi yang meningkat dari sasaran semula.

"Saat ini, tren inflasi masih wajar, tapi ada tanda-tanda yang harus jadi perhatian pemerintah. Jangan sampai inflasi berujung pada stagflasi," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement