Senin 30 May 2022 09:55 WIB

Turunkan Stunting, BKKBN Buat Program Bapak Asuh

Kasus stunting di Indonesaia masih lebih tinggi dari ketentuan WHO.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus Yulianto
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo (kiri) bersama Plt Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani .
Foto: Republika/Prayogi
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo (kiri) bersama Plt Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stunting merupakan ancaman nyata bagi masa depan anak-anak dan Indonesia. Angka kasus stunting yang saat ini mencapai 24 persen masih melebihi ambang batas Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization) yakni prevelansi stunting kurang dari 20 persen.

Berbagai upaya telah dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menurunkan angka kasus stunting yang pada 2013 masih berada pada prevelansi 37,8 persen dan pada 2019 berhasil diturunkan menjadi 27,6 persen dan saat ini berada pada angka 24 persen. BKKBN terus berupaya dengan berbagai cara untuk mencapai target penurunan stunting nasional menjadi 14 persen pada 2024.

Sejumlah program pun terus dibuat, terbaru adalah program Bapak Asuh Stunting yang berbasis pada aplikasi perangkat lunak. Konsep program Bapak Asuh Stunting sama dengan program orangtua asuh kebanyakan, yakni pihak donator membantu anak asuhnya, namun kali ini sasarannya adalah anak-anak stunting yang berasal dari keluarga tidak mampu.

Koordinator Bapak Asuh Stunting DR Ir Dwi Listyawardani mengatakan, nantinya Bapak Asuh akan langsung menyasar gizi anak asuhnya melalui makanan sehat yang dibuat oleh tim pendamping keluarga.

“Terkait kebutuhan biaya yang dikontribusikan dari Bapak Asuh ke anak asuh kita kira-kira Rp500 ribu per anak per bulan,” kata perempuan yang akrab disapa Dani ini dalam keterangan, Senin (30/5).

Dani merinci, setiap hari anak asuh akan menerima asupan gizi senilai Rp 15 ribu untuk 3 kali makan selama 30 hari. Adapun prioritas anak asuh stunting adalah bayi di bawah 2 tahun.

“Jadi anak asuh dalam sebulan akan menerima asupan gizi senilai Rp 450 ribu. Nah yang Rp 50 ribu kita sisihkan untuk kader pendamping karena harus kesana kesini berat tugasnya,” ujarnya.

Saat ini, kata Dani, pihaknya masih terus menyempurnakan aplikasi tersebut, termasuk data terbaru anak yang mengalami stunting di seluruh daerah. Aplikasi Bapak Asuh Stunting akan diluncurkan pada puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 di Medan, Sumatera Utara pada 29 Juni mendatang.

“Medan akan menjadi kota percontohan pertama Bapak Asuh Stunting,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement