REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pertumbuhan penduduk dan pergantian musim yang kontras menjadi salah satu dari beberapa penyebab terjadinya krisis air di kota besar. Padahal, ketersediaan air bersih jadi kebutuhan mendesak bagi setiap individu. Namun, masyarakat yang tinggal di perkotaan yang dihadapkan pada ancaman kelangkaan air akibat ketidakseimbangan pembangunan.
Sebuah fakta terbaru mengabarkan bahwa kota-kota di dunia, khususnya di Indonesia sedang bergerak memasuki tahapan krisis sumber daya air. Sehingga, perlu antisipasi dan pencegahan agar permasalahan ini ke depan dapat diminimalisasi.
Berangkat dari hal tersebut, menujur Manager Program Wakaf Salman, Bayu Rian Ardiansyah, belum lama ini pihaknya telah meresmikan Program Wakaf Air di Pondok Pesantren Darrut Taubah, Kebon Jeruk, Kec Andir, Kota Bandung, Jawa Barat. Bayu menyerahkan bantuan wakaf air ke pengurus Pondok Pesantren Darrut Taubah, dan 170 orang santriwati Pondok Pesantren Darrut Taubah.
Berdirinya Pondok Pesantren Darrut Taubah ini bertujuan untuk membersihkan nama 'Saritem' dan memperbaiki lingkungan masyarakat yang berada wilayah ini. Seperti yang telah diketahui banyak orang, bahwa wilayah ‘Saritem’ terkenal sebagai wilayah para pekerja seks komersial (PSK). Sehingga, menjadi sebuah tantangan jika mendirikan pondok pendidikan agama di tengah wilayah ini.
“Awal pendirian pondok mengalami kesulitan, karena memang didirikan di tengah wilayah prostitusi. Setelah dilakukan pendekatan secara langsung kepada masyarakat, Alhamdulillah masyarakat tidak merespon secara keras terhadap pendirian pondok pesantren. Bahkan saat ini, kami sering melakukan kegiatan bersama dengan masyarakat," ujar Ustadz Ubed, pengurus Ponpes Darrut Taubah dalam siaran persnya Sabtu (28/5).
Ubed menjelaskan, pendidikan formal dan informal untuk 200 anak pada Pondok Pesantren Darrut Taubah bersifat gratis atau tanpa dipungut bayaran. Sebelum adanya Program Wakaf Air dari Wakaf Salman, para penghuni Pondok Pesantren Darrut Taubah mendapatkan air dari PDAM.
Namun, kata Ubed, kondisi air kurang baik dan tekanan air kecil. Sehingga pengadaan Program Wakaf Air di Pondok Pesantren Darrut Taubah dapat menjadi jawaban atas permasalahan yang dihadapi.
"Pengeboran dilakukan di pelantaran wilayah Pondok Pesantren Darrut Taubah sedalam 60 meter," katanya.
Di akhir acara peresmian, dilakukan pemotongan pita sebagai wujud simbolis peresmian Wakaf Air dari Wakaf Salman dan diperlihatkan juga dengan seksama bagaimana aliran air keluar dari sumur yang telah dibor.
“Alhamdulillah, kini air yang keluar bertekanan tinggi dan dapat dimanfaatkan para santri dan juga dapat menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkan," ucap Ustadz Ubed.
Air dipompa ke dalam banker di bawah tanah dan juga disedot ke penampungan air yang berada di atap. Penampung air yang dimiliki memiliki daya tampung sebesar 2.000 liter (sebanyak 2 drum) dan juga 1.000 liter (sebanyak 2 drum). Sehingga masing-masing 3.000 liter mengalir ke gedung santri putri dan santri putra.
Dalam kesempatan yang sama, Wakaf Salman mengajak masyarakat untuk ikut bergotong royong menyukseskan program Wakaf Salman lainnya.