REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat melakukan penyemprotan cairan desinfektan secara masif terhadap kandang sapi milik peternak sapi untuk mencegah penyebaran virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Setiap hari, tim kami berkeliling ke kandang kumpul milik peternak dan melakukan penyemprotan desinfektan secara masif," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Mutawalli, Selasa (24/5/2022).
Penyemprotan desinfektan secara masif ke kandang kumpul peternak di Kota Mataram, dilakukan setelah ditemukannya 10 kasus sapi yang dinyatakan positif terjangkit PMK pada Sabtu (22/5/2022). Sebanyak 10 ekor sapi yang terjangkit virus PMK tersebut, sembilan berada di peternak di Gontoran Kecamatan Sandubaya dan satu di Kelurahan Pagutan dan saat ini sapi yang terjangkit PMK masih diisolasi.
Selama isolasi, sapi-sapi tersebut tetap diawasi diberikan vaksin, vitamin, dan diambil sampel darahnya untuk cek laboratorium memastikan apakah sudah pulih atau belum. "Untuk data tambahan kasus PMK hari ini, saya belum dapat laporan. Tapi semoga tidak ada tambahan," katanya.
Mutawalli mengatakan kegiatan penyemprotan kandang kumpul dilakukan secara berkala dan bergantian karena di Mataram terdapat sekitar 17 kelompok peternak sapi. Satu kelompok ada yang memiliki dua kandang kumpul.
"Harapan kami, dengan adanya upaya penyemprotan desinfektan di kandang kumpul, bisa meminimalisir penularan virus PMK terhadap ternak warga," katanya.
Di sisi lain, Mutawalli berharap ada komitmen yang sama dari pemerintah daerah se-Pulau Lombok untuk menutup pasar hewan guna memutus rantai penyebaran virus PMK. Sebanyak 10 kasus virus PMK yang ditemukan di Mataram berasal dari peternak yang membeli dua ekor sapi di Pasar Hewan Narmada Kabupaten Lombok Barat, kemudian menyebar ke ternak lainnya yang ada pada satu kandang.
"Sesuai SE Gubernur NTB, mestinya pasar hewan di Lombok Barat dan Lombok Utara tutup juga, karena pasar hewan di Mataram, Lombok Tengah dan Lombok Timur sudah tutup," katanya.