Selasa 24 May 2022 18:22 WIB

Mengantisipasi Dini Cacar Monyet Sebelum Ada di Tanah Air

Cacar monyet harus diwaspadai terutama bagi anak-anak yang memiliki imunitas rendah.

 Foto dari mikroskop elektron yang dipasok Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada 2003 memperlihatkan virus monkeypox penyebab cacar monyet.
Foto:

Saat ini WHO menyatakan tidak ada kebutuhan mendesak untuk vaksinasi cacar monyet yang mewabah di luar Afrika. Sebab, langkah-langkah menjaga kebersihan dan perilaku seksual yang aman akan membantu mengendalikan penyebaran virus.

Richard Pebody, yang memimpin tim patogen ancaman tinggi di WHO Eropa mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa pasokan vaksin dan antivirus relatif terbatas. "Langkah-langkah utama untuk mengendalikan wabah adalah pelacakan kontak dan isolasi," kata Pebody.

Ia mengatakan cacar monyet bukan virus yang menyebar dengan sangat mudah. Sejauh ini, virus itu dinilai tidak menyebabkan penyakit serius. Vaksin yang digunakan untuk memerangi cacar monyet dapat memiliki beberapa efek samping yang signifikan.

Pernyataannya muncul ketika Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengatakan sedang dalam proses merilis beberapa dosis vaksin Jynneos untuk digunakan dalam kasus cacar monyet. Pemerintah Jerman sedang menilai pilihan untuk vaksinasi cacar monyet. Sementara Inggris telah menawarkan vaksin kepada sejumlah petugas kesehatan.

Otoritas kesehatan masyarakat di Eropa dan Amerika Utara sedang menyelidiki lebih dari 100 kasus yang dicurigai dan dikonfirmasi dari infeksi virus dalam wabah virus terburuk di luar Afrika, di mana cacar virus adalah endemik. Tidak jelas apa yang mendorong wabah itu, dan para ilmuwan mencoba memahami asal usul kasus dan apakah ada sesuatu tentang virus yang telah bermutasi.

Namun, seorang pejabat WHO mengatakan tidak ada bukti virus telah bermutasi. Banyak (tetapi tidak semua) orang yang telah didiagnosis dalam wabah cacar monyet saat ini adalah pria yang berhubungan seks dengan pria. Kemungkinan kelompok itu cenderung lebih mudah mencari nasihat medis atau mengakses pemeriksaan kesehatan seksual.

Sebagian besar kasus yang dikonfirmasi belum dikaitkan dengan perjalanan ke Afrika, yang menunjukkan mungkin ada sejumlah besar kasus yang tidak terdeteksi. Beberapa otoritas kesehatan menduga ada beberapa tingkat penyebaran komunitas.

Otoritas Amerika Serikat (AS) memang sedang bersiap mendistribusikan dan memberikan vaksin cacar monyet kepada orang-orang yang menjalin kontak dekat dengan individu terinfeksi. “Saat ini kami berharap untuk memaksimalkan distribusi vaksin kepada mereka yang kami tahu akan mendapat manfaat darinya. Mereka adalah orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien cacar monyet yang diketahui, petugas kesehatan, kontak pribadi yang sangat dekat, dan mereka yang mungkin berisiko tinggi terkena penyakit parah,” kata wakil direktur divisi patogen-patologi konsekuensi tinggi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Jennifer McQuiston.

Ia mengungkapkan, dalam hal pasokan, AS memiliki sekitar 1.000 dosis JYNNEOS, vaksin yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) untuk cacar dan cacar monyet. “Anda dapat mengharapkan tingkat itu meningkat dengan sangat cepat dalam beberapa pekan mendatang karena perusahaan menyediakan lebih banyak dosis untuk kami," ucap McQuiston.

Selain itu, AS juga memiliki 100 juta dosis vaksin generasi tua, ACAM2000. Baik JYNNEOS dan ACAM2000 sama-sama menggunakan virus hidup. Namun hanya JYNNEOS yang tidak bereplikasi sehingga menjadikannya lebih aman.

Saat ini AS sudah melaporkan lima kasus cacar monyet terkonfirmasi. Kasus itu tersebar di New York, Florida, Utah, dan Massachusetts. AS pun tengah melakukan pengujian pada semua kasus yang dicurigai sebagai cacar monyet, dilansir dari Reuters.

photo
Foto yang dipasok CDC pada 1997 menunjukkan salah satu kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo. Ilmuwan masih belum mengerti penyebab kian banyaknya kasus cacar monyet terdeteksi di Eropa dan Amerika Utara pada 2022. Penyakit ini awalnya banyak ditemukan di Afrika. - (CDC via AP)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement