Kamis 19 May 2022 21:05 WIB

Kecil Kemungkinan Hepatitis Akut Menjadi Pandemi

Gejala hepatitis akut mirip dengan gejala hepatitis A.

Petugas Puskesmas Kecamatan Menteng melakukan sosialisasi terkait penyakit hepatitis akut disela pelaksanaan posyandu di Kawasan Pemukiman Jalan Ayer 5, Menteng, Jakarta, Rabu (18/5/2022). Melauli kegiatan program sosialisasi tersebut diharapkan dapat mencegah dan menghambat penularan penyakit hepatitis akut di masyarakat.Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas Puskesmas Kecamatan Menteng melakukan sosialisasi terkait penyakit hepatitis akut disela pelaksanaan posyandu di Kawasan Pemukiman Jalan Ayer 5, Menteng, Jakarta, Rabu (18/5/2022). Melauli kegiatan program sosialisasi tersebut diharapkan dapat mencegah dan menghambat penularan penyakit hepatitis akut di masyarakat.Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa kemungkinan penyakit hepatitis akut menjadi pandemi relatif kecil. "Kalau kita lihat perkembangan kasus, kecepatan penambahan kasus, ini hepatitis akut misterius kalau berkembang seperti situasi pandemi rasanya kecil sekali," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam diskusi dialektika demokrasi bertema "Hepatitis Akut Mengancam, Bagaimana Antisipasinya?" yang diikuti di Jakarta, Kamis (19/5/2022).

Menurutnya, situasi hepatitis akut yang terjadi di dunia saat ini tidak mengancam begitu banyak yang menyebabkan aktivitas masyarakat menjadi terganggu. "Tapi tetap perlu kita waspadai karena WHO menyatakan sebagai penyakit yang berpotensi mencapai kejadian yang luar biasa," tuturnya.

Baca Juga

Dalam epidemiologi, ia mengemukakan tahapan-tahapan penyakit dimulai dari peningkatan kasus, kejadian luar biasa, wabah, endemi dan pandemi. "Kalau Covid-19 kan sampainya pandemi. Kalau ini (hepatitis akut) WHO cuma mengatakan hati-hati nanti bisa terjadi kejadian luar biasa," ujarnya.

Menurut para ahli, Nadia menyampaikan, gejala hepatitis akut mirip dengan gejala hepatitis A, yang penularannya melalui makanan. Namun, belum ada fakta ilmiah mengenai identifikasi virus dan pengobatan penyakit hepatitis misterius.

"Kita tidak tahu sebab penyakitnya, virusnya, mau obati pakai obat apa juga belum tahu, faktor risikonya belum tahu, bagaimana secara pasti menularnya seperti apa," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, masyarakat diimbau untuk tetap menerapkan gaya hidup bersih dengan rajin mencuci tangan, tidak makan sembarangan, tidak berbagi alat makan dengan orang lain. Nadia mengatakan, dari data kasus di Indonesia yang dimiliki Kemenkes, tujuh dari 14 kasus hepatitis akut terjadi pada usia di bawah lima tahun.

Kemudian, terdapat tiga orang dengan usia 11-16 tahun, dan empat orang berusia 5-10 tahun. "Risiko anak di bawah lima tahun lebih besar. Jadi kami merasa tidak perlu melakukan evaluasi pembelajaran tatap muka (PTM)," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement