REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, kasus hepatitis akut diduga menjangkiti 14 anak-anak di Indonesia per 17 Mei 2022. Jumlahnya sama dengan sehari sebelumnya meski terdapat kasus yang dieliminasi dan tambahan kasus baru.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menjelaskan, dari 14 kasus itu, satu di antaranya berstatus probable. Adapun 13 kasus lainnya berstatus pending classification alias masih dalam proses pemeriksaan.
Sebanyak 14 kasus itu tersebar di lima provinsi. Di Sumatra Utara terdapat satu kasus berstatus pending, Sumatra Barat satu kasus pending, Jambi satu kasus pending, dan Jawa Timur dengan tiga kasus pending. Terbanyak di DKI Jakarta dengan 7 kasus pending dan satu kasus probable.
Syahril melanjutkan, 14 kasus itu terjadi pada sembilan laki-laki dan lima perempuan. Jika dilihat dari usianya, semuanya berumur di bawah 16 tahun. Rinciannya, 7 kasus pada anak usia 0-5 tahun, 2 kasus pada anak usia 6-10 tahun, dan lima kasus pada anak usia 11 - 16 tahun.
Syahril menjelaskan, per 16 Mei kasus diduga hepatitis akut juga berjumlah 14 dengan rincian 12 pending dan dua probable. Setelah proses pemeriksaan rampung, salah satu kasus probable dari Jawa Timur dieliminasi.
"Ada pengurangan satu kasus berstatus probable karena dia setelah diperiksa (ternyata) karena bakteri," kata Syahril saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (18/5/2022).
Selain itu, lanjut dia, terdapat pula pengurangan satu kasus berstatus pending. Satu pasien ini dieliminasi dari dugaan terjangkit hepatitis akut karena dia ternyata terjangkit hepatitis A.
Setelah berkurang dua kasus, kata Syahril, lalu terdapat tambahan dua kasus baru. Dua kasus baru itu kini berstatus pending classification.
Syahril menjelaskan, hingga kini, baik di Indonesia maupun di luar negeri, belum ada kasus yang resmi berstatus konfirmasi. Sebab, semua negara masih menunggu keputusan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Selain itu, belum ada negara yang berhasil memastikan apa penyebab hepatitis akut ini. "Hingga saat ini belum ditemukan patogen yang spesifik sebagai penyebabnya. Di luar negeri pun belum ada yang menyebutkan patogen apa yang menjadi penyebab," ujarnya.