REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan, pihaknya masih menunggu kebijakan Pemerintah Pusat menyoal Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terkait maraknya hepatitis akut misterius. Menurutnya, di Jakarta, masih akan dipelajari dampaknya jika melakukan PTM atau tatap muka.
“Apalagi menurut WHO sudah menjadi kejadian luar biasa. Itu sudah dari WHO sendiri. Nanti Jakarta masih menunggu kebijakan Pemerintah Pusat,” kata Riza di Balai Kota, Rabu (11/5).
Dia melanjutkan, sejauh ini sudah ada 21 kasus dugaan kasus hepatitis akut misterius di DKI Jakarta. Namun demikian, kata dia, pihak Pemprov DKI masih mendalami kasus tersebut secara epidemiologi.
“Iya yang 21 itu di Jakarta semua. Termasuk yang korban meninggal sudah tiga. Kita berharap yang meninggal tidak bertambah lagi,” katanya.
Ditanya keperluan untuk pembentukan satgas penyakit tersebut, Riza membantahnya. Menurut dia, Jakarta masih akan menunggu kebijakan dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan.
Riza melanjutkan, hepatitis akut misterius itu bukan hanya menjadi masalah Jakarta, melainkan nasional dan global. Oleh sebab itu, DKI, kata dia, akan membantu melakukan pengawasan monitoring evaluasi tiap hari. “Di Jakarta sendiri kami lewat Dinkes sudah menginstruksikan jajaran, rumah sakit dan puskesmas untuk melaporkan semua perkembangan yang ada.
“Insya Allah kami Pemprov DKI khususnya Dinkes selalu memberikan pelayanan terbaik terhadap kesehatan masyarakat. Alhamdulilah Jakarta termasuk kota yang berusaha sebaik mungkin,” jelasnya.