REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan berbagai upaya untuk mengatasi luberan sampah di tempat pembuangan sampah sementara atau depo sampah agar tidak menimbulkan polusi dan mencegah potensi penularan penyakit dengan menyemprotkan cairan disinfektan.
"Penanganan sementara untuk saat ini tentunya optimalisasi tempat pembuangan sementara (TPS) dan depo sampah. Selain itu, penyemprotan disinfektan juga dilakukan," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Rabu (11/5/2022).
TPS dan depo sampah di Kota Yogyakarta tidak lagi mampu menampung sampah yang dihasilkan warga buntut dari penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan oleh warga di sekitar lokasi pembuangan sampah sejak akhir pekan lalu. Pemilahan sampah juga dilakukan di TPS dan depo sampah.
"Sampah yang sekiranya masih bisa disimpan lebih lama akan dikelompokkan tersendiri. Begitu pula dengan sampah yang mudah busuk," katanya.
Menurut Heroe, saat ini terdapat beberapa titik pengolahan sampah skala kecil yang ada di Kota Yogyakarta yang terus dioptimalkan untuk membantu mengurai tumpukan sampah di TPS dan depo.
Sedangkan untuk penanganan jangka panjang, Heroe menyebut jika Kota Yogyakarta mempertimbangkan pembelian lahan untuk dijadikan lokasi pengolahan sampah.
"Harapannya, pada 2023 sudah ada lahan yang bisa direalisasikan untuk kemudian ditindaklanjuti dengan penambahan sarana prasarana seperti mesin pengolahan sampah," katanya.
Lokasi pengolahan sampah tersebut dimungkinkan berada di luar Kota Yogyakarta karena tidak lagi memungkinkan untuk pengadaan lahan dengan luas memadai di dalam Kota Yogyakarta.
"Pengadaan lahan yang disesuaikan dengan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) di wilayah tersebut," katanya.
Bagaimanapun juga, lanjut dia, sekitar 440 bank sampah dan sejumlah titik pengolahan sampah tidak akan mampu menampung sekitar 350 ton sampah yang setiap hari dihasilkan Kota Yogyakarta.
Selain di TPS dan depo, penyemprotan tumpukan sampah dengan cairan disinfeksi juga dilakukan untuk sampah yang dihasilkan pasar tradisional di Kota Yogyakarta.
"Mudah-mudahan TPA Piyungan bisa segera dibuka kembali sehingga tidak ada tumpukan dan luberan sampah di pasar," katanya.
Ia menyebut, sampah yang dihasilkan pasar tradisional didominasi sampah organik yang mudah sekali busuk sehingga harus secepatnya dibuang ke TPA Piyungan.
"Kondisi ini masalah serius, terjadi darurat sampah. Selain penyemprotan disinfektan, kami juga selalu mengimbau pedagang dan konsumen untuk mengurangi pembuangan sampah. Konsumen juga diminta membawa tas belanja sendiri," katanya.