REPUBLIKA.CO.ID, PRAYA - Puluhan ekor sapi di Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) diduga terkena virus. Sapi-sapi tersebut mengalami gejala yang hampir sama dengan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sedang merebak di Jawa Timur.
"Dari laporan masyarakat ditemukan 63 ekor sapi yang tiba-tiba sakit atau diduga terkena wabah penyakit. Namun, tidak ada yang mati," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah Lalu Taufikurahman di Praya, Selasa (10/5/2022).
Dengan kejadian tersebut, pihaknya langsung menurunkan tim untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dengan melakukan pengobatan karena masih dalam dugaan. Dinas Pertanian dan Peternakan setempat belum bisa memastikan jenis penyakit yang menyerang puluhan ekor sapi milik masyarakat di Kecamatan Praya Tengah tersebut.
"Tim sudah turun mengambil sampel. Hasilnya akan keluar pada pekan ini. Nanti kita akan sampaikan, ketika hasil lab dari Denpasar Bali telah keluar," kata Taufikurahman.
Dari hasil pemeriksaan di lapangan, gejala penyakit yang dialami ternak itu seperti adanya lelehan lendir dari mulut, hidung, luka di hidung, air liur berlebihan dan panas badan terlalu tinggi mencapai 37 derajat Celsius, demam, serta di antara kuku kaki ada luka. Selain itu, sapi milik warga itu tidak ada nafsu makan yang mengakibatkan lemas atau tidak seperti biasanya.
"Gejalanya hampir sama, tapi belum bisa kita pastikan. Peluang sembuh itu lebih besar sehingga kita melakukan upaya pengobatan," jelasnya.
Pemerintah daerah telah mengeluarkan surat imbauan kepada semua kecamatan dan desa yang isinya antara lain apabila ditemukan sapi milik warga yang gejalanya mirip PMK, warga diminta melapor kepada petugas yang telah disiagakan di masing-masing kecamatan. "Kami imbau masyarakat untuk tidak melakukan pemotongan sapi sakit. Karena akan merugikan petani itu sendiri. Silakan dilaporkan ke petugas supaya bisa diberikan pengobatan," terang Taufikurahman.
Ia mengatakan karena kondisi masyarakat yang terbatas, sapi yang sakit tidak diisolasi atau dipisahkan dari kandang kompleks. Oleh karena itu, pihaknya melakukan pengobatan secara total kepada semua sapi yang diduga terkena virus. "Sapi yang sakit tidak boleh keluar, begitu juga dengan warga tidak boleh merapat. Penyakit ini tidak menular kepada manusia, tapi menular ke hewan lainnya," katanya.
Petugas Dinas Pertanian dan Peternakan telah turun untuk melakukan pelacakan terhadap penyakit yang menyerang sapi milik warga. Penyakit ini tidak menyerang sapi warga yang ada di Lombok Tengah atau kecamatan lainnya. "Kami masih petakan wilayah yang terkena untuk proses tracking (pelacakan) guna mengantisipasi penyebaran lebih luas," ungkap Taufikurahman.