Senin 09 May 2022 20:05 WIB

Harap-Harap Cemas Hepatitis Akut Anak tak Menjadi Pandemi

Di Indonesia saat ini ditemukan 15 kasus suspek hepatitis akut anak.

Jurnalis mengambil gambar menggunakan gawai infografis Hepatitis akut di RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS), Pasteur, Kota Bandung, Senin (9/5/2022). Peninjauan tersebut untuk memantau serta memastikan kesiapan RSHS dalam melakukan penyaringan (screening) dan penanganan penyakit Hepatitis akut yang telah dinyatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kasus luar biasa (KLB). Hingga saat ini, belum ditemukan kasus Hepatitis akut di Provinsi Jawa Barat. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto:

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muzal Kadim mengatakan, sampai saat ini penyakit hepatitis akut misterius belum diketahui penyebabnya (etiologinya). Sehingga, masih dilakukan investigasi terkait hal tersebut.

Masyarakat harus menjaga kebersihan dalam hal makanan. Jangan makan di sembarangan tempat. Selain itu, imunitas tubuh juga dijaga dengan makanan yang sehat.

"Sebaiknya, kalau makanan untuk anak. Ibunya masak sendiri. Jadi, sudah terjamin kebersihannya," Muzal.

Ia mengimbau masyarakat menunggu hasil investigasi dan perkembangan soal hepatitis akut misterius ini. Jika merasakan gejala hepatitis seperti mual, muntah, diare berat, dan demam ringan segera ke rumah sakit.

Baca juga : Dokter Anak Ungkap Gejala Hepatitis Akut pada Anak yang Perlu Diwaspadai

"Untuk kasus ini memang sedang kita telusuri ya. Apakah benar-benar memang kasusnya sudah masuk ke seluruh Indonesia? atau memang itu kasus-kasus yang sporadis (penyakit jarang atau tidak teratur dan di daerah-daerah tertentu)," Muzal.

 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengatakan, Kemenkes telah berkoordinasi dan berdiskusi dengan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat dan juga CDC Inggris sehari setelah lebaran terkait munculnya penyakit hepatitis akut. Menurut Budi, hingga saat ini masih belum dapat dipastikan virus penyebab penyakit ini.

“Memang kesimpulannya belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen menyebabkan adanya penyakit hepatitis akut ini,” kata Budi saat keterangan pers bersama Menteri Kabinet Indonesia Maju di Kantor Presiden, Senin (9/5/2022).

Saat ini, lanjut dia, penelitian mengenai penyakit ini tengah dilakukan bersama-sama oleh Indonesia dan WHO serta bekerja sama dengan Amerika dan Inggris guna mendeteksi penyebab penyakit ini.

“Kemungkinan besar adalah Adenovirus strain 41 tapi ada juga banyak kasus yang tidak ada Adenovirus strain 41. Jadi kita masih melakukan penelitian bersama-sama dengan Inggris dan Amerika untuk memastikan penyebabnya apa,” jelasnya.

Baca juga : Gejala Hepatitis Akut tidak Seperti Gejala Khas Covid-19

Munculnya wabah penyakit hepatitis akut ini awalnya disampaikan oleh WHO pada 23 April di Eropa. Kemudian pada 27 April, Indonesia menemukan tiga kasus kematian di Jakarta dan langsung mengeluarkan surat edaran agar semua rumah sakit dan dinas kesehatan melakukan surveilans monitoring terhadap kasus ini.

Kemudian pada 30 April, Singapura juga mengumumkan kasus pertama. Hingga saat ini, Indonesia melaporkan terdapat 15 kasus suspek hepatisis akut.

“Di dunia paling besar ada di Inggris 115 kasus kemudian di Italia, Spanyol, dan juga di Amerika Serikat,” jelas Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement