REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih di masa pandemi Covid-19 dinilai jadi salah satu penyebab arus mudik dan balik Lebaran 2022 di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, lebih sepi dibandingkan arus mudik balik pada Lebaran 2019, atau sebelum pandemi.
"Jauh sekali jumlah (pemudik) dibandingkan 2019, mungkin juga karena kondisi ekonomi yang belum pulih," kata Kepala Terminal Bus Kampung Rambutan Yulza Ramadhoni ditemui di Jakarta Timur, Ahad (8/5/2022).
Yulza memberi contoh, satu keluarga dengan empat orang anggota harus mengeluarkan biaya mudik hingga Rp2 juta untuk satu kali pemberangkatan ke Jawa Timur. Hitungan tersebut berdasarkan asumsi harga tiket eksekutif per orang sebesar Rp500 ribu.
"Dikalikan empat (orang) saja sudah Rp2 juta. Kalau bolak balik, sudah Rp4 juta. Belum lagi kebutuhan uang di kampung halaman. Ini tentu besar dan belum semua orang ekonominya sudah pulih," katanya.
Oleh karena itu, menurut Yulza, wajar jika arus mudik dan balik kali ini masih rendah. Meski pun ini kali pertama sejak pandemi Covid-19 masyarakat diperbolehkan mudik saat Lebaran. Data di Pos Pemantauan Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta Timur, mencatat bahwa puncak arus mudik Lebaran 2019 terjadi pada 2 Juni 2019 di mana ada 14.604 pemudik yang berangkat dengan 452 bus.
Ada pun arus balik terjadi pada 9 Juni 2019 di mana ada 24.295 penumpang tang tiba dengan 801 bus. Angka tersebut, merosot tajam pada periode mudik balik Lebaran 2022, di mana puncak arus mudik terjadi pada 29 April 2022 di mana ada 2.791 penumpang berangkat dengan 131 bus. Ada pun arus balik tertinggi terjadi pada 7 Mei 2022 di mana ada 8.807 penumpang yang tiba dengan 473 bus.