Sabtu 30 Apr 2022 06:10 WIB

Pendiri NII Crisis Center Sebut Ada Anggota Negara Islam Indonesia Menyusup ke Perbakin

Mantan anggota meyakini target aksi dari NII adalah pada 2024.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus raharjo
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan
Foto: Republika/Febrian Fachri
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan

REPUBLIKA.CO.ID, BATUSANGKAR--Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, mengatakan anggota Negara Islam Indonesia (NII) bukan hanya bersenjatakan golok. Ia menyebut sudah ada jaringan NII yang dilengkapi senjata api.

Bahkan latihan menembak anggota NII ini menurut Ken bukan lagi di pedalaman, tapi menyusup ke induk organisasi menembak Persatuan Berburu dan Menembak Indonesia (Perbakin). "Mereka menyusup dengan bergabung ke Perbakin. Ini harus jadi evaluasi untuk Perbakin. Jangan sampai mereka mendapatkan legalitas untuk latihan menembak," kata Ken, di Batusangkar, Sumatra Barat, Jumat (29/4/2022).

Baca Juga

Ken yang merupakan mantan anggota NII menyebut saat ini organisasi terlarang itu paling besar tersebar di DKI Jakarta dan Jawa Barat. NII terbagi ke dalam sembilan komando wilayah. Tapi penyebarannya sudah masuk ke seluruh provinsi di Indonesia.

Ia meyakini, target aksi dari NII adalah pada tahun 2024. Di mana NII percaya akan terjadi kekacauan di Indonesia. Di sanalah nanti NII akan tampil seolah menjadi pahlawan dan mendirikan negara dengan ideologi yang mereka yakini. Yaitu mengganti ideologi Pancasila dengan taubat negara Islam.

Ken menjelaskan NII Crisis Center sudah berdiri sejak tahun 2004. Organisasi ini mendapatkan legalitas sejak 2013. Sampai saat ini, NII Crisis Center sudah berhasil mengeluarkan ribuan anggota untuk kembali bersumpah setia kepada NKRI.

Pencabutan bai'at untuk kembali bersumpah setia kepada Pancasila dan NKRI kata dia paling besar dilakukan di Sumatra Barat. Sebelumnya di daerah lain lanjut Ken, mantan jaringan NII yang sudah mencabut baiat ini tidak mau memunculkan diri ke publik karena menganggap hal itu sebagai aib.

NII Crisis Center lanjut Ken akan terus bahu membahu bersama aparat keamanan untuk mencegah dan mengedukasi masyarakat agar tidak terjebak ke dalam pemahaman ideologi yang sesat. "Kami sudah punya hotline pengaduan. Yang sudah melapor ini, kita reideologi dengan Pancasila lagi dan menerima konsep kebhinekaan," ujar Ken.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement